Kali ini sengaja diberi judul yang panjang untuk menyambut kedatangan YouTube dan Ohdio di Indonesia. Mungkin para pembaca sudah banyak yang tahu YouTube tetapi apakah itu Ohdio bisa dibaca kembali artikel gue yang ini. Kesamaan keduanya adalah situs yang memberikan kemudahan akses untuk mengkonsumsi musik. Ohdio saat ini hanya berfokus pada musik dan audionya sedangkan YouTube bisa audio video dan konten lebih variatif tak hanya soal musik.
Pengaruhnya terhadap industri musik (mungkin lebih tepatnya industri rekaman) Indonesia adalah perubahan pola pandang dari musik paketan. Indonesia tidak pernah mengenal market single/satu lagu, semuanya dibungkus dalam satu paket CD/kaset/piringan hitam. Satu album dalam CD berisi rata-rata 10 lagu. Bahkan tidak jarang satu album 10 lagu hanya ada satu lagu yang disuka yang memaksa mau tak mau harus beli satu album dan mengkonsumsi 9 lainnya. Pola ini sedikit berubah saat Ringback tone booming, tetapi dirasa kurang fair karena RBT tidak menampilkan lagu utuh. Kehadirah kedua situs tadi akan segera mengubah paradigma dan secara legal orang Indonesia dapat mengkonsumsi hanya lagu-lagu yang ia suka saja.
Perubahan lainnya adalah pada kultur jualan eceran. Ingat, ketika jaman keemasan CD atau sebelumnya ketika kaset bahkan piringan hitam, ukuran kesuksesan sebuah musik ditentukan oleh banyakan jumlah CD atau produk fisik tersebut laku terjual. Sekarang ukurannya bukan lagi jumlah produk fisik melainkan berapa banyak video itu diputar di YouTube, atau berapa banyak lagu itu didengarkan lewat Ohdio. Jumlah ini akan memicu satu algoritma pada situs tersebut untuk memberikan rekomendasi pada pengguna lainnya sehingga dapat memunculkan proses viral.
Dari ukuran-ukuran tadi akan menentukan berapa revenue yang dapat dikantongi si artis/musisi. Jumlah view atau listen berbanding lurus pada jumlah iklan yang tayang ketika lagu tersebut dimainkan. Loe pernah denger istilah ad-funded music? Gue pernah menuliskannya di http://widiasmoro.web.id/?p=1388. Bayangkan tiap kali video atau lagu ditayangkan, pemilik konten akan mendapat satu sen dari pemasang iklan. Bila viral, jumlahnya bisa mencapai ribuan penonton dan tinggal dikalikan saja untuk mendapatkan angka revenue nya. Inilah yang sedang berlangsung nyata di Indonesia. Sebelum-sebelumnya metode ad-funded musik pernah dicoba oleh Popmaya namun sekitar awal tahun ini situs tersebut nampaknya berhenti beroperasi. YouTube sudah memiliki reputasi dan jumlah pemasang iklan loyal, dan Ohdio harus mengejar ketinggalannya ini.
Saat di MusicMatters bulan Mei lalu, gue berkesempatan untuk ngobrol lebih dalam dengan Partnership Manager dari YouTube. Disimpulkan dari situ, YouTube mendorong para pembuat konten kreatif untuk mempublikasikan karyanya lewat YouTube. Dengan menjadi official partner YouTube, para pembuat konten kreatif akan mendapatkan keuntungan seperti statistik mendalam terhadap demografi dan geografi penonton video yang sudah diunggah hingga mengatur siapa yang dapat mengunggah kembali video yang pernah kita unggah dan tetap mengklaim sebagai karya kreatif pengunggah pertama.
Sedangkan untuk Ohdio, meskipun kemaren gue sempat bertemu dengan Cheerleadernya, Ario Tamat, namun beliau masih belum mau membuka banyak-banyak tentang project barunya ini. Asumsi gue, kurang lebih Ohdio juga sama bermain iklan tanpa menerapkan proses user-generated content.
Industri musik Indonesia mulai malam ini akan lebih berfokus untuk bagaimana mendapatkan view atau listener terbanyak demi meningkatnya revenue iklan yang masuk. Jualan fisik CD jelas memiliki kesulitan distribusi dan besarnya ongkos produksi. Ringback Tone masih belum ada tanda-tanda memulih setelah black out lalu. Jualan full track download masih dibatasi dengan metode payment yang bergantung pada pulsa. YouTube dan Ohdio dipandang saat ini sebagai alternatif yang ideal dan efektif untuk menghasilkan revenue. Selain itu, platform yang dimiliki situs tersebut dapat menjadi benchmark untuk proposal endorsement produk yang tentu saja menjadi revenue lainnya bagi label. Dan buat para penggemar musik di Indonesia, loe terus dapat mengkonsumsi musik secara resmi lewat situs YouTube dan Ohdio tersebut tanpa batas.
Di
Ohdio Musisi dapat pemasukan dari mana?
nanti tunggu saja 😀 kita akan segera gelar opsi2 yang nanti jadi pemasukan untuk musisi (via label tentunya). thanks dukungannya ya 🙂
Wah dijawab langsung oleh Cheerleader-nya… ^_^
wehehe… OK
btw, di ohd.io gw kesulitan untuk melihat seluruh koleksi yang dimiliki.
List lagu lagunya atau list Album Album yang ada.. 🙂
masukan yang menarik 🙂 coba kita teliti ya. untuk saat ini memang dioptimasi untuk cari lagu dari trending atau yang lagi didengerin temen 🙂
Masalahnya kan koleksi masih terbatas, kami belum tau siapa aja yg dah masuk..
kalau masih terbatas, lebih mudah mencari dari List lagu/Album.
nggak perlu nebak lagunya ada nggak ya 😀 wehehe…