Aggregator Musik: Mistral Musics Berikan Solusi Untuk Indonesia

My name is Widi Asmoro.

aggregator-musik-mistral-musik

Aggregator musik sebagai wadah para musisi mendistribusikan karyanya ke kancah dunia semakin menjamur. Aggregator musik berperan sebagai pengganti label rekaman yang kerap kali menjadi sandungan bagi para musisi untuk memasarkan karyanya. Label rekaman punya standar tertentu untuk memasukkan karya musik dibawah bendera label rekamannya. Sedangkan bagi aggregator, standar tersebut tidak terlalu dihiraukan yang terpenting mendapatkan jumlah katalog.

Aggregator musik diantaranya seperti Label Worx atau Kobalt Music sudah memiliki reputasi di dunia. Sebelumnya gue sempat menuliskan tentang TuneCore, Orchard, IODA, Valleyarms hingga yang lokal punya seperti Im:Port, dan Gotong Royong Musik. Kali ini gue akan mengangkat tentang Mistral Musics yang merupakan aggregator musik lokal yang baru saja beroperasi. Digawangi oleh Erie Prasetyo yang dikenal sebagai manajer artis seperti Anji dan juga Echa yang dikenal sebagai Disc Jockey dan juga produser.

Menurut deck proposal yang mereka presentasikan saat workshop digital Sabtu 30 Maret, Mistral telah menjadi agen distribusi musik untuk iTunes, HMV, Napster, Virgin, Amazon, Nokia Music, Beatport dan masih banyak lagi. Mistral pun tidak menutup pada musisi saja, melainkan membuka para insan kreatif dibidang film hingga penulisan untuk memanfaatkan solusi distribusinya. Rilisan yang didistribusikannya pun tidak melulu musik, melainkan juga meliputi e-book dan juga audiobook.

Kehadiran Mistral Musics ini seperti mimpi yang ditunggu-tunggu para musisi terutama di Indonesia. Mistral menjanjikan selain membantu musisi mendistribusikan musik ke toko musik digital, mereka juga akan siap memberangus pembajakan. Dari workshop lalu, Echa menjabarkan dengan menjadi partner Mistral, para musisi akan terlindungi dari pada lagunya diunggah ke situs-situs ilegal semacam 4shared. Dengan cara enforcing take down, Mistral akan memaksa situs-situs pemasok konten ilegal menurunkan konten-konten tersebut. Mistral merasa merekalah satu-satunya solusi yang ada di Indonesia yang mampu melakukan itu. Bahkan asosiasi perusahaan rekaman lokal belum mampu, menurutnya. Mistral menjelaskan hal ini dimungkinkan karena lagu-lagu yang didistribusikan lewat Mistral akan terdaftar pada satu sistem kode rekaman unik internasional atau yang biasa disebut sebagai ISRC (International Standard Recording Code).

Mistral juga menjanjikan sebuah sistem pelaporan atas unduhan lagu yang terjadi pada tiap toko musik digital secara harian. Hal ini akan mempermudah terutama bagi para pebisnis musik untuk memonitor pergerakan lagu yang dipasarkannya di seluruh dunia. Selain itu, sistem pelaporan Mistral juga memberikan detail tentang lokasi. Untuk hal ini, gue pribadi agak sangsi. Pasalnya, informasi tentang lokasi lewat GPS yang diperoleh dari gadget pendownload musik sifatnya adalah pribadi. Dibolehkan hanya jika mendapat persetujuan.

Mistral juga telah memetakan market Indonesia dengan sangat baik. Mereka sadar betul kemampuan beli musik untuk masyarakat Indonesia terkendala oleh sistem pembayaran. Mereka memberikan contoh dengan Apple iTunes yang saat ini tengah populer setelah resmi diluncurkan di Indonesia. Kelemahan dengan Apple iTunes di Indonesia menurut mereka adalah penetrasi kartu kredit dan juga keterbatasan platform. Untuk hal ini, Mistral tengah menyiapkan satu platform yang mereka sebut sebagai Apollo Musik yang akan menjadi ‘another’ toko musik digital yang memberikan kemudahan untuk mendapatkan lagu secara resmi. Echa menjelaskan Apollo ini akan memerlukan satu kali registrasi dan akan hadir pada platform mobile seperti iOS, Android hingga Windows Phone. Saat ini, Apollo tersebut masih dalam beta testing dan meskipun begitu, Erie telah mempersiapkan strategi marketing untuk mempopulerkan Apollo tersebut dengan sangat rinci.

Kehadiran Mistral Musics ini memberikan solusi lainnya bagi industri musik Indonesia terutama setelah keterpurukan pasca RBT Blackout. Erie yang juga sangat kampiun dalam bidang artis menejemen merasa kehadiran Mistral ini sebagai sebuah solusi agar para musisi tidak terlalu begantung pada penghasilan dari manggung. Mereka melihat pendapatan dari manggung kedepannya akan juga semakin tergerus akibat banyak perusahaan rekaman kini memotong penghasilan ini akibat adanya internal Artis Manajemen. Dan juga adanya indikasi di tahun 2014 perusahaan rokok yang kerap menjadi sponsor acara musik akan sulit berpromo outdoor serta adanya PEMILU yang mungkin akan mengakibatkan sulitnya perijinan acara luar ruang. Mistral Musics yang didukung oleh Lockermedia sebagai partner media berkolaborasi untuk memberikan solusi akan hal ini dan mereka menjadi sebuah sinergi untuk mengedukasi pentingnya menumbuhkan industri kreatif.

Mistral mendistribusikan ke sekitar 69 toko musik digital. Didalamnya termasuk Apple iTunes dan juga yang baru saja bergabung yaitu Google Play. Baik Erie, Echa dan juga Baja dari Mistral mengaku mereka memiliki direct deal dengan seluruh toko musik digital tersebut. Artinya tidak ada pihak lain antara musisi, Mistral Musics dan juga toko musik digital. Direct deal ini sangat berarti sekali karena menentukan jumlah potongan revenue yang didapat oleh para musisi. Artinya, PPD (price per download) yang dibayarkan oleh konsumen musik, hanya akan dipotong royaltinya oleh toko musik digital dan Mistral Musics sebelum dibayarkan oleh musisi dan tidak ada pihak lain yang mengambil potongan.

pembagian royalti digital

Gue mengambil analogi dengan sistem distribusi analog kaset, jika ingin kasetnya dipajang di toko musik, lets say, Aquarius Mahakam maka siapakah agen yang dapat membantu melancarkan jalan ini. Jika banyak agen yang terkait untuk masuk ke toko Aquarius Mahakam, kebayang berapa banyak penghasilan yang harus dibagi kepada para agen-agen tersebut. Kebanyakan aggregator lokal berafiliasi dengan partner luar negeri seperti IM:PORT dengan IODA dan juga Gotong Royong Music yang mengaku menjalin kerjasama dengan aggregator luar negeri. Beberapa rekan artis menejer yang gue kenal pun memanfaatkan TuneCore untuk memasarkan konten digitalnya.

Tertarik untuk bergabung? Mistral Musics mempunyai model bisnis bagi hasil dan juga sistem pendaftaran. Maksudnya, untuk menjadi partner Mistral, musisi harus mendaftarkan dan setiap konten yang diupload dikenakan biaya dari Rp. 500.000,- per lagu. Setelah itu, saat konten musiknya berhasil didistribusikan di toko musik digital, Mistral akan meminta potongan royalty dengan kisaran hingga 35%. Angka ini bukan dari PPD yang tertera pada tiap toko musik digital, karena tiap toko musik digital akan mengambil 20% dahulu. Namun Mistral membuka pintu negosiasi untuk para calon partner tentang bagaimana model bisnis ini untuk disepakati. Mistral juga mengaku bahwa model bisnis yang mereka tawarkan lebih kompetitif dibandingkan ValleyArms.

Untuk bergabung, loe bisa langsung silahkan cek websitenya: www.MistralMusics.com

One Comment

Comments are closed.