Mari kita lanjutkan soal crowdfunding di industri musik Indonesia. Setelah pada bagian pertama gue mengangkat tentang apa itu crowdfunding dan beberapa penerapannya di Indonesia, di tulisan gue kali ini gue mencoba mengangkat bisa atau tidaknya konsep urunan ini diadopsi oleh masyarakat Indonesia. Dan juga menuliskan apa mungkin crowdfunding itu diterapkan oleh perusahaan rekaman.
Crowdfunding Merusak Tatanan Industri Musik
Selama ini, rilisan yang dilempar ke pasar ditentukan oleh pendapat subjektif dari departemen A&R. Departemen ini memang fungsi mengawasi setiap produk yang keluar dari label untuk menjaga investasi yang dikeluarkan oleh label. Fans musik disini diperlakukan sebagai konsumen yang akan menelan apa saja yang ditawarkan oleh label. Padahal kenyataannya saat ini dengan era kemudahan akses informasi, fans musik dijejali beragam pilihan untuk musik.
Miguel De Braganca seorang peneliti dari Berklee College of Music melihat kehadiran crowdfunding dapat merusak tatanan yang telah terbangun di industri musik dan memberikan harapan baru. Ia dengan jelas menyatakan bahwa investasi yang dikeluarkan untuk mengembangkan bakat untuk menjadi terkenal itu tidaklah sedikit. Apalagi dengan kenyataan model pareto di industri musikdimana 8 dari 10 artis yang dirilis kepasaran berpotensi tidak laku. Label musik akan mencari jalan aman untuk investasi musiknya dengan melibatkan fans musik.
Kehadiran model crowdfunding ini dapat memungkinkan untuk membantu label merilis apa yang tepat diinginkan oleh fans musik. Skenario yang terpikir oleh gue adalah dengan merilis sebuah single ke pasaran. Dengan mengalokasikan investasi dari posting produk ke posting marketing dan promosi, artinya akan memberi keleluasaan untuk mengenalkan single ini ke pasaran. Jika fans musik suka, maka mereka dilibatkan dalam proses dukungan untuk si artis dapat merilis full-album. Tiap fans yang ‘menyumbang’ akan diberikan ‘royalti’ dari tiap album yang berhasil dipasarkan. Fans musik menjadi terlibat dalam keseluruhan proses dari sebuah masterpiece tercipta.
The Downside
Crowdfunding di industri musik Indonesia tidak luput dari ketidak sempurnaan. Apalagi dengan metode pembayaran yang masih berpegang teguh pada ada barang ada uang tak ada uang abang ditendang. Banyak rencana proyek yang berhubungan dengan musik tidak dapat hasil maksimal dengan crowdfunding. Kepercayaan menjadi sangat penting dalam hal ini. Uang sumbangan yang ditransfer ke sebuah rekening bank dan berharap-harap cemas proyek yang dijanjikan kejadian menjadi sensasi kekhawatiran tersendiri. Di luar negeri, beberapa layanan crowdfunding mengakali kekhawatiran ini dengan membuat sistem booking. Artinya uang urunan hanya akan diambil ketika proyek yang dijanjikan berhasil diwujudkan.
Secara garis besar, crowdfunding berhubungan dengan konsep direct-to-fans atau direct-to-consumer. Artinya loe harus memiliki fans atau consumer yang potensilan dengan jumlah signifikan untuk dapat mendanai proyek. Band baru dengan personil wajah-wajah baru tentunya akan sulit mendapatkan funds dengan jumlah yang diharapkan dalam waktu singkat. Bilapun bisa, mereka harus melalui proses public relations yang cukup panjang untuk meyakinkan publik menyumbangkan dananya. Dan kebanyakan artis disini pengennya instan, langsung menodong orang untuk menyumbang atau membeli CD.
Makanya gue lebih merasa nyaman jika crowdfunding dikelola oleh label rekaman ketimbang langsung oleh artisnya. Profesionalisme dan konsistensi dari label rekaman akan menunjang reputasi dari program crowdfunding yang akan dijalankan si artis. Dan fans musik pun menjadi nyaman ketika harus mengeluarkan uangnya demi mendukung karir si artis.
Apakah Crowdfunding Jalan Yang Benar?
Jawabannya bisa iya bisa tidak. Jika sekedar harapannya untuk sekedar minta duit sumbangan, segeralah bikin kotak amal dari kardus dan pergi ke jalan untuk meminta-minta kepada orang di jalan. Ide besar dari crowdfunding adalah mengajak fans loe untuk berkontribusi dan juga merasa memiliki bagian terhadap karya musik loe.
Crowdfunding mungkin bisa jadi sebuah kampanye untuk menghargai musik itu sendiri dengan mengembalikan musik kepada khalayak luas. Semua orang menjadi merasa punya peranan dari tiap musik yang telah dirilis. Dan gue yakin strategi sederhana ini perlahan membuat apa yang selama ini disebu sebagai pembajakan bisa sirna.
One Comment
Comments are closed.