Laporan dari IFPI mengatakan, dagang musik di Amrik sono menurun terutama untuk penjualan produk fisik (CD, vinyl, etc). Meski begitu, penjualan dalam bentuk digital hanya merangkak naik sekitar 16% sejalan dengan menaiknya penetrasi online user. Walau begitu, angka ini sebenernya belum terlalu menggembirakan karena di tahun 2008 penjualan digital sempat turun 7% dari tahun sebelumnya kata survey NPD Grup. comScore malah mencatatkan penjualan secara online untuk TV, Musik dan Film menurun 23% di tahun 2008 dari tahun 2007.
Meskipun data-data diatas kebanyakan berpatokan pada penduduk Amrik, setidaknya kita yg di Indonesia juga ikut waspada. iTunes memang belum beroperasi di Indonesia, digital music store lokal pun masih berjuang keras mendapatkan pangsa pasarnya. Bergantung pada jualan album fisik jelas sangat susah. Sedangkan mau menjual dalam bentuk digital baru ada ringbacktone saja dan ini juga bergantung pada label (atau content provider yg ke label-labelan). Udah gitu media untuk promosi makin scattered, slot airplay juga ada yg dijual belikan. Audiens juga terpecah konsentrasinya dengan banyaknya media: TV, radio, cetak, handphone, internet dsb. Kesempatan untuk tampil ke depan dan di dengar kelihatannya makin kecil aja. Kayaknya yang masih menjanjikan adalah dagang nasi padang aja.
Apakah investasi untuk musik di tahun ini masih menjanjikan? Dan gue yakin, industri kreatif akan menemukan caranya sendiri…
komentar lama klik