Di penghujung 2009, media televisi kita dibombardir dengan promosi produk handphone bundling milik operator Esia. Dari nama produknya yaitu Esia MusicBox, jelas produk ini membidik segmen anak muda yang doyan musik. Dibandrol seharga Rp. 500ribuan, hape jenis ini memberikan akses ke ribuan katalog lagu-lagu lokal milik label besar Tanah Air. Tak hanya itu, paketnya juga menawarkan akses internet dan tentu saja termasuk Facebook.
Memang sejak dua tahun belakangan, media televisi giat sekali menyiarkan acara yang bertemakan musik. Sebut saja Dahsyat di RCTI, Inbox di SCTV ataupun Mantap di ANTV. Hampir semua stasiun televisi punya acara musik, dan nggak tanggung-tanggung porsinya bisa 50% dari seluruh program acaranya sehari.
Meskipun katanya industri musik Indonesia sedang berada di titik kritis akibat pembajakan dan download illegal di internet, tapi tiap hari makin banyak artis baru bermunculan. Nggak hanya artisnya, label minor baru pun banyak yang mencoba peruntungan di ceruk ini. Ambil contoh sajalah, perusahaan media terbesar tanah air, MNC GROUP, membuat divisi bernama Hits Musik yang menelurkan artis perdananya, Petra. Promotor kenamaan tanah air dengan bendera Java Musikindo pun melempar Domino dan Ussy ke pasar musik. Bahkan content provider yang notabene industrinya adalah teknologi informasi ikut menyusup dalam industri musik dengan membawa artis-artis tanpa label untuk ikut berjibaku mengambil atensi penikmat musik, contohlah Thalita Latif milik Summer Records yang empunya label adalah pemilik salah satu content provider terkemuka.
Mereka produser-produser sudah antusias menjagokan artis rilisannya. Media promosi pun sudah lengkap tersedia dari televisi, radio, cetak hingga internet, dari yang pake makelar atau do it your self juga bisa.
Lalu bagaimana dengan channel distribusinya dan point of sales nya? Terus terang, untuk produk fisik seperti CD dan Kaset sudah kembang kempis. Disctarra sebagai retailer distribusi CD/Kaset di Indonesia sudah melakukan penyesuaian atas kondisi ini dengan menutup beberapa cabang atau bahkan tetap buka meskipun ukuran lapaknya diperkecil.
Sekarang produser banyak bergantung pada keuntungan dari RingBackTone (RBT) yang merupakan salah satu entitas dari produk digital. Harga RBT utk bulanan kisaran 7000 an/lagu atau mingguan 5000an/lagu. Meskipun produk RBT ini terbilang aneh yang mana lagu yang diputar 30-45 detik dan yang mendengarkannya pun bukan orang yang beli, nyatanya produk ini laris dipasaran. Ini mengindikasikan pasaran Indonesia adalah orang-orang yang ingin pamer lewat lagu.
Entah sampai kapan RBT akan bertahan, dan kenyataan ini sudah dilihat oleh operator Esia yang menelurkan produk FullTrackDownload (FTD) disamping RBT dan truetone yang terlebih dulu ada. FTD menawarkan lagu penuh dengan kualiatas stereo 128 bit dan bisa diunduh disimpan. Esia membandrol harga per lagunya adalah Rp. 1000. Tapi hati-hati karena harga ini bukan berarti selamanya, karena disinyalir harga seribu rupiah itu untuk sehari. Jadi klo disimpan selamanya ya itung aja berapa rupiah yang harus dibayar.
Tak hanya Esia yang menawarkan FTD, portal hiburan Kapanlagi.com pun sudah lama menawarkan download FTD di http://musicstore.kapanlagi.com . XL juga menawarkan FTD dalam program XL Life. Begitupula Indosat dengan kongkoow.com nya. Nokia juga segera meluncurkan toko musiknya http://www.nokia.co.id/layanan/musik yang bakalan pake nama Ovi Music Store atau Musik Ovi . Layanan ini menyuguhkan bundling paket dimana apabila membeli satu handset nokia akan mendapatkan ‘kunci’ untuk membuka berjuta katalog lagu baik dari lokal maupun mancanegara. Tak hanya itu, meskipun dibalut proteksi anti-bajak DRM, nokia memberikan kelebihan untuk mengkopi lagu yang sudah diunduh dari gudang lagu nokia ke dalam komputer/laptop atau handset nokia lain. Lagu yang sudah diunduhpun dapat disimpan selamanya tanpa harus bayar lagi. Penikmat musik pastinya sangat dimanjakan dengan ini semua.
Namun perjalanan FTD masih teseok-seok akibat regulasi dan idealisme dari pemilik lagu yang masih merasakan romansa gurihnya jualan CD/kaset. Melihat iTunes yang begitu digjaya diluar sana namun tidak bisa masuk Indonesia akibat fraud kartu kredit rasanya ini kesempatan yang baik buat semua pihak yang mau menjadi retailer FTD. Walaupun terasa sekali sikap berhati-hati para pengusaha yang sudah terjun di bisnis FTD untuk memakai metode apa yang cocok diterapkan di Indonesia atau melihat kompetitor mana yang sukses terlebih dahulu dan tinggal copy paste metode nya.
Akhirnya kembali ke masing-masing pihak. 2010 tampaknya bakalan menjadi pertempuran musik habis-habisan. Jadwal konser artis mancanegara yang sudah dipampang, bermunculan artis baru dan inovasi artis lama, hingga dari pihak pelaku industri sendiri semua sudah siap dengan strateginya. Tinggal para pecinta musik yang memilih musik mana yang akan dibeli!
komentar lama klik
One Comment
Comments are closed.