Yes! Judulnya memang demikian. Karena gue melihat industri musik sudah terlalu idealis dengan model bisnisnya. Sedangkan pasar sudah berevolusi demikian dinamisnya. Thanks to teknologi. Gue sebagai orang yang cinta dan antusias dengan industri musik di tanah air ingin melihat industri ini terus berkembang dan maju.
Berkaca dari industri musik global, tahun 2010 berhasil dilewati dengan cukup puas growth nya hanya di 1%, sementara tahun lalu bisa mencatat growth hingga 12%. Dan awal tahun 2011 dihiasi dengan berita tentang tumbangnya beberapa layanan musik seperti layoff di MySpace, mergernya LiveNation dan TicketMaster dan tutupnya retailer HMV. Gong nya adalah ketika Nokia menutup layanan musik tanpa batasnya di 27 negara. Apakah sengeri itukah bisnis musik ke depannya sampai-sampai banyak yang gulung tikar?
Penyebabnya ya pembajakan –iya abisnya apalagi?- dan stigma kalau ada yang gratis kenapa musti beli itulah yang berat untuk dilawan.
Di dalam negeri, syukurnya, ada RBT yang katanya ngga bisa dibajak. Cukup menggiurkan sekali nyemplung kesini. Production cost murah: lagu kurang dari semenit dan produksi mudah. Tapi menurut gue kebanyakan orang pakai RBT ada tiga alasan: 1. Sebagai ajang aktualisasi diri. 2. Mengejar hadiah yang ditawarkan/promosi. 3. Terjebak pakai RBT tapi nggak tau cara matiinnya (bokap gue sering). Ini juga gak akan lama.
Unduh lagu utuh berbayar masih harus berjuang mati-matian di negeri ini. Mudah-mudahan ngga sampe mati lah. Karena dilihat dari penetrasi internet yang kian meningkat, animo orang menikmati dan mendapatkan musik juga terus ada. Artinya, musik masih memberikan peluang keuntungan besar.
Ancamannya adalah penikmat musik menginkan suatu yang yang gratis, mudah didapat dan dipindahkan serta punya value. Gratis, karena kebutuhan hidup juga makin tinggi. Musik sebagai ajang penghibur yah jangan sampai untuk menikmatinya musti nyekek dulu. Mudah didapat, hanya dengan sekali klik sebuah lagu bisa langsung didapat dan dinikmati. Mudah dipindahkan, dengan banyaknya gadget inginnya lagu yang sudah didapat tadi gampang dipindahkan kemana saja. Dan value tangible (koleksi CD, Vinyl, foto artis, pernak-pernik) dan intangible (rasa bangga karena fans artis tertentu).
Dari paparan singkat barusan, nampaknya semua melawan konsep DRM (Digital Rights Management). Yang mana lagu hanya bisa dinikmati di satu atau dua device dan dibatasi penyebarannya. Industri musik menginkan DRM ini terus ada agar menekan laju pembajakan. Well, sekarang demand marketnya yang jadi taruhan. Jualan format rekaman saja sudah ngga mempan dan DRM sudah tidak bisa lagi menjawab tantangan jaman.
Pembajakan ngga melulu jahat kok. Hasil survei di Norwegia sekitar pertengahan 2009, konsumer yang biasa mendownload ilegal malah justru pengeluaran terhadap musiknya lebih banyak. Kenyataan bahwa meningkatnya market size untuk pemutar MP3 portable juga bisa jadi acuan.Sebuah survei dari Synovate juga menunjukkan 65% orang Indonesia merasa musik sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Orang kalau udah nikmatin musik bagus pasti nagih. Dia nggak hanya mau musiknya, dia mau ketemu artisnya, dia mau dapetin pernak-perniknya a.k.a merchandise, dia mau nonton langsung artisnya bernyanyi, dan dia mau bayar berapa aja buat mewujudkan itu semua.
Gue yakin kalau musik sudah tidak lagi seperti dulu. Promosi lewat radio, televisi, sponsorship dan jualan single dan album sudah nggak menggigit lagi. Pecinta musik sekarang menikmati dan mencari musik lewat blog, berbagi di Twitter atau Facebook, nonton pertunjukkan di YouTube, word of mouth dan piracy.
Jadi industri musik tanah air jangan terlalu lama menunggu departemen pantun itu bertindak buat industri kreatif musik. Buatlah satu terobosan, mengendurlah sedikit untuk mendapat yang lebih banyak, dan yuk mari lebih mendengar lagi!
Gong nya adalah ketika Nokia menutup layanan musik tanpa batasnya di 27 negara.–>ini nutup apa wid?
Comes With Music atau Ovi Music Unlimited tutup di beberapa negara, tetapi layanan Nokia Ovi Music tetap jalan
semoga nanti superseru.com dapat mewujudkan itu semua. 🙂
bikin web donlot musik gratis.artis dpt duit dr mana? dari share pengiklan yg naro banernya di halaman tiap artis. bisa gak gitu?
Kalo masalah industri musik emang saat ini tampaknya sedang di ujung tanduk, CD, Vinyl, ataupun DVD tampaknya sudah tak bisa diharapkan. Jujur, sampai saat ini ogut pun juga bingung bagaimana dengan cara memajukan idustri musik. Dengan penjualan musik secara digital spt RBT dan download gratis mungkin saat ini masih laku namun tak akan lama keberlangsungannya.
kalo menurut ogut sih cuma 1 cara buat menyelamatkan industri musik yaitu meningkatkan mental dan kesadaran para pendengar musik bagaimana menghargai hasil cipta karya org lain.
Melihat kondisi saat ini, maka pelaku musik industri entah itu label, manajer, atau bahkan musisi sendiri harus dituntut utk memiliki pikiran yg kreatif terhadap sarana distribusi konten mereka.
Saya pikir, TV, radio bukan sarana monitize yg baik utk musik..tp TV dan radio sarana yg sangat baik utk mengenalkan musik ke pendengar-nya.
Tekhnologi, hmm…jaman skrg apa sih, yg ga butuh tekhnologi..bahkan lewat tekhnologi RBT musik bisa terdistribusi dengan sangat baik ke penggemar-nya..
So, kesimpulannya sementara 2 tadi ya..berpikir kreatif dan memanfaatkan tekhnologi yg tepat utk jalur distribusi musik 🙂