Tips Untuk Layanan Musik Berlangganan

My name is Widi Asmoro.

Bagaimana masa depan dari layanan musik berlangganan masih menjadi tanda tanya. Meskipun Apple telah membuktikannya sebagai pioner yang cukup berhasil dengan iTunes nya namun banyak yang masih ragu kesuksesan ini tidak dapat diikuti oleh penyedia layanan lainnya. Yang dikhawatirkan jika hanya ada Apple yang menyokong industri rekaman maka lambat laun industri rekaman tidak akan mampu bertahan melawan pembajakan.

LA Times mendapat kesempatan menggali lebih dalam masa depan musik berlangganan lewat sebuah interviewnya dengan senior eksekutif Rdio yaitu Drew Larner. Rdio adalah layanan musik streaming legal berbasis di San Francisco, Amerika, dan telah meraih hati di negara tersebut. Interviewnya dimuat di http://latimesblog.latimes.com merangkum tips-tips agar sebuah layanan musik dapat berhasil menjangkau pasarnya.

1. The lightbulb moment
Banyak orang saat ini tidak tau kalau layanan musik berlangganan dan legal itu ada di muka bumi dan bukan dongeng. Ini dirasakan oleh BestBuy, pemilik Napster, yang mengalami kesulitan untuk memasarkan layanannya. Larner yakin dengan konsistensi pada suatu saat ketika orang sudah mulai mencoba layanan musik berlangganan dan ternyata tau kalau harganya lebih murah dari CD (dan juga lebih mudah mendapatkannya) pasti orang tersebut akan kembali lagi dan ini akan menjadi pemicu yang lainnya juga untuk menggunakan layanan musik berlangganan.

2. Idiot-proofing
Sebelumnya, layanan musik terbentur oleh batasan-batasan seperti hanya bisa diakses dengan menggunakan device tertentu (Nokia Comes With Music dan Apple iPod/iPhone). Atau terbentur dengan kebijakan digital rights management yang mengakibatkan lagunya tidak bisa dipindahkan. Hal ini sebenarnya merupakan kebodohan label sendiri yang memberikan ketentuan tersebut kepada penyedia layanan musik. Namun saat ini musik label sudah sadar dan mulai memikirkan strategi digital dengan mengendorkan kebijakannya agar layanan musik ini lebih menarik bagi konsumer.

3. Smart phones
Penetrasi smart-phone yang kian menanjak dan juga kemampuannya untuk streaming musik dan juga menyimpan banyak lagu bakal menjadi modal besar bagi layanan musik untuk maju. Dengan memanfaatkan segala kecanggihan smart-phone, layanan musik dapat meningkatkan daya penetrasinya. Smart-phones sudah jadi layaknya komputer mini. Dan lagu pun dapat diputar secara ‘seamlessly’ antara komputer dan juga ponsel.

4. The What-to-listen-to-next problem
Konsumer musik sifatnya sangat unik. Kita tidak bisa memprediksi apa lagu yang ingin didengarkan tau apa lagu selanjutnya yang ingin didengarkan. Ini mengakibatkan banyak konsumer lari dari layanan musik dan lebih memilih untuk request lagu ditempat lain atau cari di internet. Layanan musik macam Rdio atau Pandora melihat gap ini dan menjawabnya dengan solusi apa yang disebut dengan social music. Konsumer dapat request lagu yang diinginkan atau konsumer juga dapat rekomendasi dari teman-temannya di Twitter atau Facebook. “Ini adalah layanan Twitter ketemu Facebook ketemu musik,” tandas Larner.

5. Better Software designs
Ini bukan soal memberikan layanan yang mudah dan gampang saja. Design juga memegang peranan penting agar konsumer tetap menggunakan layanan musiknya. Seperti bagaimana tampilan saat mencari lagu supaya tidak susah mencari tombol search. Ini merupakan tantangan bagi para penyedia layanan musik.

One Comment

Comments are closed.