Dalam Pencarian: Jalur Distribusi CD Modern

My name is Widi Asmoro.

 

Minggu lalu saya menghadiri acara launching Rossa di KFC Kemang. Sudah bukan hal yang baru lagi, resto cepat saji macam Kentucky Fried Chicken ini menjual CD selain panganan sebagai menu utama. Cara memasarkannya juga cukup agresif dengan memberikan paket harga khusus yang isinya panganan+CD. Konon kabarnya, lewat distribusi macam ini lebih efektif karena tak kurang dari sebulan bisa lebih dari tiga ribu CD bisa laku dan berpindah tangan ke music fans. Selain Rossa, yang pernah mencicipi renyahnya jalur distribusi KFC ini adalah Agnes Monica dan Cinta Laura.

Saya juga mengamati mini market Indomaret juga menjajakan CD. Kalau ini sih memang sudah lama dan lumrah saja. Saya baru saja membeli album ‘A Tribute To KLa Project’ dari mini market ini. Dari sisi harga sebenernya sama saja, Rp. 35.000,- meskipun katanya diskon dari Rp. 50.000,-. Beberapa Indomaret memasang Point of Sales cukup atraktif dan beberapa lainnya cukup pasrah semoga ada yang beli.

Tahun lalu ketika GIGI mencoba Carrefour sebagai tempat menjual album religinya hasilnya adalah stock yang melimpah tidak sempat terjual. Saya pernah menuliskan disini http://widiasmoro.web.id/?p=1193 . Meskipun mereka bilang harga dibanting demi menekan pembajakan, nyatanya barang tetap tidak bergeming.

Yang lebih menyakitkan lagi adalah Teuku Wisnu yang mencoba SPBU sebagai tempat berjualan CD. Mungkin terinspirasi oleh mbak-mbak penjual minuman suplemen yang agresif menawarkan dagangannya di SPBU, namun ini rupanya tidak terlalu berhasil. Mungkin mereka lupa, SPBU bukanlah centralized distribution. Masing-masing stasiun pengisian bensin umum dimiliki oleh perorangan dan sejauh ini saya berkunjung di SPBU tidak pernah sekalipun ditawarkan untuk membeli atau memiliki CD Teuku Wisnu. Jadi buat apa?

Jauh sebelum era Internet hadir, konon band Gank Pegangsaan mendistribusikan album mereka (kaset atau vinyl kala itu) lewat salon-salon kecantikan. Mereka seakan mencari jalur distribusinya sendiri.

Dalam pencarian jalur distribusi CD sudah hampir segala model dijajaki. Saya melihat untuk mendapatkan perhatian dari para fans musik membeli CD ada 3 faktor yang harus diperhatikan:

1. Harga, faktor ini masih penting sekali. Usaha fans musik untuk datang ke tempat membeli CD patut dihargai, harga lebih dari Rp. 20.000,- rasanya terlalu mahal apalagi jika dibandingkan mereka bisa mendownloadnya secara gratis di Internet.

2. Packaging, ini bisa menjadi faktor untuk mempertahankan harga CD agar tetap diatas angka Rp. 20.000,-. KFC biasanya mendistribusikan CD dengan kemasan ekonomis dari karton namun ketika saya membil CD di Indomaret saya harus memilih satu dari empat CD lainnya yang covernya berasal dari mika dan sudah retak. Disini saya tidak memperhitungkan biaya produksi, biaya promosi ataupun pajak dan lain sebagainya yang menempel di CD tersebut. Yang penting buat fans musik itu tidak memberatkan.

3. Promosi, musik penting tapi itu bukan hal yang utama. Langkah memasarkan CD lewat tempat makan cukup cerdas. Dimana-mana orang butuh makan dulu baru deh kalau sudah kenyang mari dengarkan musik. Jangan lupa, point of sales tetap pada interaksi orangnya sebagai juru kunci transaksi CD terakhir. Berikanlah insentif buat mbak-mbak atau mas-mas yang menjajakan CD ini mungkin dengan meet & greet artis yang CD nya telah mereka jualkan. Ini sebagai bentuk apresiasi dan juga silaturahim (apeu..)

One Comment

Comments are closed.