Sekitar tahun 2004, ringtone pernah berkontribusi memberikan dana segar bagi label musik meski saat itu jualan CD masih laris. Disaat ini, dimana jualan CD tak lagi signifikan apa ringtone bisa jadi penyelamat?
Ringtone adalah produk digital paling mendasar yang ada di setiap ponsel, baik yang smartphone atau hanya mobilephone. Ringtone hadir sebagai pembeda antara telpon biasa dengan ponsel yang sifatnya lebih personal. Bukan hanya itu, ringtone pun dapat menjadi ajang aktualisasi diri dari si pemakai ringtone.
Fakta menarik adalah ringtone jingle Nokia itu terdengar lebih dari 2 milyar kali dalam sehari. Membuat orang meninggalkan bunyi kring-kring-kring.
Dari pengalaman saya ketika masih di Sony Music, evolusi ringtone dimulai dengan kehadiran monophonic dan polyphonic. Komposisi lagu dengan MIDI player tanpa adanya suara vokal. Lalu ponsel pun hadir semakin pintar di tahun-tahun berikutnya. Membuat bunyi tut-tit-tat-tit-tut tadi terasa kuno dan digantikan dengan truetone, yaitu bunyi yang sama dengan lagu yang dipilih bagian tertentu saja.
Menurut riset dari SNL Kagan, penjualan ringtone mulai menurun ditahun 2007 setelah masa bulan madunya beberapa tahun sebelumnya. Ini bisa diduga dengan hadirnya ponsel yang semakin pintar dan semakin tersedianya tools-tools online dan aplikasi yang dapat membantu membuat ringtone, orang-orang tak lagi membeli ringtone. Jika diperhatikan dari infographic dibawah ini, bisnis ringtone bahkan diprediksikan akan tenggelam di tahun 2016.
Gue agak tidak setuju. Orang mungkin tidak lagi membeli ringtone, tetapi ini bukan berarti ringtone kemudian ditinggalkan. Ringtone menjadi wahana untuk aktualisasi diri dan juga personalisasi. Punya bunyi ringtone yang sama dengan orang lain terasa kurang classy. Meski tersedia banyak tools atau aplikasi untuk membuat ringtone sendiri, pasti ada sekelompok orang disana yang ingin langsung menggunakan ringtone yang sudah jadi, nggak perlu repot.
Masih ada beberapa pertanyaan gue di kepala untuk meyakinkan berbisnis ringtone masa kini. Salah satu opportunity yang gue lihat ada di Nokia Apps Store. Ekosistemnya sangat cukup, ada operator billing, ada platform dan juga target market yaitu pengguna ponsel Nokia yang sebarannya seluruh dunia. Sebuah label musik lokal yang memulai memasukkan ringtone nya di Nokia Apps Store bulan Oktober lalu, hari ini memberikan testimoninya kepada gue setelah menerima laporan hasil download. Mereka melihat ada harapan berjualan ringtone disini ditengah kelesuan bisnis ringback tone dan ketidakpastian full-track download.
Seperti yang berkali-kali gue sampaikan, inipun bukan lethal-solution buat industri musik. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba kembali menekuni bisnis ringtone hari ini.
Mari simak infographics berikut ini:
Yang berkontribusi besar pada industri musik indonesia itu ringtone atau RBT ya sebenarnya?
@fisto di Indonesia RBT memberikan sumbangsih terbesarnya di beberapa tahun belakangan ini.