Menjatuhkan vonis bersalah hadirnya ‘new-technology’ menyebabkan terpuruknya industri musik jelas vonis yang salah dan berlebihan. Sebagaimana saya pernah paparkan dalam “Industri Musik, Akankah Mendengar” yang kemudian dipublikasikan juga dalam sebuah e-magazine, SoundUp, janganlah menyalahkan hal baru 🙂
Hal berbeda disampaikan David Lowery, dalam sebuah pemaparannya di San Fransisco Music Tech Summit. Dia mempertanyakan apakah bisnis model digital yang baru akan lebih baik bagi para artis musisi?
Pandangan dia mengenai minat orang nonton konser turun meskipun para artis musisi menjadwalkan tur dan roadshow nya lebih banyak tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya namun rupanya minat orang yang datang ke tempat pertunjukan cenderung menurun. Menurut saya, David terlalu berlebihan dan cenderung lebih pro terhadap status quo. Seperti menyalahkan hadirnya YouTube yang mana orang bisa menonton pertunjukan tanpa harus beranjak dari tempat duduknya. Ini sebetulnya faktor convenient yang dicari para music fans. Kenapa tidak terpikir untuk membuat off/on line concert, yang mana penonton aseli dapat hadir dan berinteraksi langsung ditempat pertunjukan dan buat yang tidak bisa hadir dapat streaming concert tersebut. Saya lihat Coachella Live yang lalu mampu membuat kawan-kawan saya buru-buru sampai ke tempat yang WIFI nya mumpuni demi mengejar bandwidth stabil untuk menonton konser streaming artis pujaannya.
David juga membandingkan royalti serta faktor cost & risk dari artis, perusahaan rekaman dan toko/distribusi jualan produk rekaman. Hasilnya, cost & risk artis pada jualan fisik dan digital tetap sama yaitu biaya rekaman dan juga untuk melakukan pertunjukan. Meskipun royalti untuk artis dijualan digital menjadi lebih kecil dibandingkan jualan fisik. Faktor cost & risk distributor CD sangat panjang, mereka harus menanggung sewa tempat, gaji pegawai, peralatan pemutar lagu, advertising hingga resiko jika produk tidak laku pada waktu periode jual telah jatuh tempo. Sedangkan distributor digital hampir tidak punya risk dan hanya menanggung cost payment gateway dan menyimpan file lagu. Disini David missed one point, digital distributor pun punya resiko jika website layanannya terganggu akibat jaringan terputus. Pendapatan dari distributor digital cenderung flat dan lebih kecil daripada pendapatan distributor CD yang biasanya mengambil 40%.
Penurunan pendapatan dari perusahaan rekaman akibat ‘new-technology’ pun menjadi sorotan di tulisannya. Pada periode jualan fisik menanggung cost pembuatan CD, promosi, publikasi, tempat penyimpanan dengan resiko modal untuk rekaman. Sedangkan di periode jualan digital perusahaan rekaman hanya mengeluarkan cost untuk promosi, publikasi dan iklan dengan tetap harus menanggung resiko modal untuk rekaman. Royalti yang didapat di jualan digital menurun hampir separuhnya dari jualan produk CD.
Penulis lupa faktor music fans/customer yang merupakan hal terpenting dalam ekosistem bisnis musik. Music fans terus menginginkan musik dan mengkonsumsinya dengan cara yang lebih mudah dan juga harga yang terjangkau (easy access dan affordable). Soal legalitas banyak dikesampingkan oleh music fans. Sebagai contoh yang juga dipaparkan di tulisan tersebut adalah situs pencari seperti Google. Dia menyalahkan Google yang telah menampilkan hasil pencarian berupa link ke situs ilegal. Meskipun Google juga telah menyediakan ruang pengaduan dengan DMCA, si penulis memaparkan betapa mudahnya ini untuk di crack. Yang jadi pertanyaan saya, kenapa yang muncul kebanyakan situs yang ilegal? Mana situs yang legal? Adakah? Balik lagi, don’t blame music fans kalau lagu yang dicari ditempat yang legal ngga ada. Dan akhirnya mereka akan mencari di tempat-tempat yang ilegal.
Penutupnya, ia menyampaikan bahwa bisnis model dalam new-technology tidak lebih baik dibandingkan sebelumnya. Bahkan jika sebelumnya bisnis model dianggap memandang artis dengan perhatian yang setengah-setengah, di bisnis model yang baru artis justru tidak dipandang sama sekali.
It’s your decision whether to choose new technology as your friend or not. Buat saya, teknologi membuka pintu peluang yang baru, buat artis musisi, pengusaha musik dan lain-lainnya. Semakin luas musik bisa tersampaikan, semakin cair lagi musik bisa menjangkau music fans secara global.
Lebih lengkapnya pemaparan David Lowery dapat dibaca di artikel Meet The New Boss Worse Than The Old Boss.
One Comment
Comments are closed.