Ya kita tau akhirnya Lady Gaga batal tampil di Jakarta, setelah sebelumnya pihak manajemen meyakinkan publik untuk tetap tampil. Pengamat musik ibukota, Bens Leo, melihat batalnya konser Lady Gaga telah berimbas pada batalnya rencana konser U2 di Jakarta, meskipun ini dibantah tegas oleh Wendi dari Majalah Rolling Stone Indonesia dan gue sepakat setelah sebelumnya mendengar cerita langsung dari Bob Lefsetz tentang U2 yang sedang off dari tur saat di Music Matters.
Yang pasti ekses negatif terhadap pembatalan konser Lady Gaga berimbas pada citra negara Indonesia. Di mata investor menjadikan ketidakjelasan sikap pemerintah untuk menjamin keamanan membuat mereka menahan diri menanamkan modalnya. Chris J Reed, analisis dari Campaign Asia, melihat brand value dari negara Indonesia telah jatuh terpuruk pasca pengumuman batalnya konser Lady Gaga. Dari bursa ekonomi nasional nampaknya juga jadi memperparah keadaan. Nilai kurs transaksi rupiah terhadap dollar dari Bank Indonesia mengalami peningkatannya sejak 25 Mei lalu dan puncaknya di hari ini telah mencapai angka 1 USD = Rp. 10,000.-
Pembatalan konser bukanlah alasan utama naiknya nilai tukar rupiah, tetapi konser dan musik telah menyedot perhatian orang diseluruh dunia pada Indonesia. Kita harusnya bisa membalikkan keadaan ini. Batalnya konser artis internasional bisa jadi peluang buat artis lokal untuk semakin bisa tampil ke permukaan. Bayangkan biaya yang disedot para promotor untuk menggelar konser tersebut, alangkah bagusnya jika biaya tersebut dialokasikan untuk investasi di negara sendiri untuk membangun industri hiburan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas seperti gedung konser. Klise gue memang, tetapi kenapa ngga?