Ramalan Remy Soetansyah & Kekesalan Djuleee

My name is Widi Asmoro.

Ramalan Remy Soetansyah Tentang Industri Musik Indonesia

Remy Soetansyah adalah wartawan hiburan senior dan juga seniman. Gue kenal sejak gue masih di Sony Music dan beliau adalah koordinator infotainment Kabar Kabari. Tempo hari beliau menulis status Facebook yang buat gue menggelitik untuk disimak:

Ini ramalan saya yang logical, diihitung berdasarkan kenyataan. Yaitu soal pagelaran. Di dunia musik Indonesia, beberapa waktu ini, pagelaran artis lokal, artisnya akan menjadi juru bicara produk yang menjadi sponsor. ” Saudara2, Kami dari Cherry Belle menganjurkan Anda para penonton semua. Kalau kramas, pakailah shampo cam Ondel2 ini, kelebihannya adalah, bla bla bla…,” Hahaha.
Dan sebagai daya tarik, orang m au nonton dan peli tiket, Ada beberapa cara. Pertamasebagai tanda masuk adalah potongan cover kast/CD, atau harus tetap beli tiket, yang mana nantinya di penghjung acara tiket atau cover yg udah ada nomer seri itu akan diundi. Pemenangnya bermacam2. Pemenang pertama misalnya motor, kedua televisi, berikutnya HP. Begitu.
Kenapa hal ini terjadi? Karena orang malez nnton artis lokal karena artis lokaljauh lebih buruk artistnya, artis luar produksinya dan lebih atraktif. Sedangkan artis lokal buruk dari segi apapun. Belum lagi perilakunya yang sombong dan sok gak keruan
Nah kawan2 mulailah berdoa dan menata hidup musik Indonesia. Berdoalah ramalan saya ini ramalan gila. Tapi kalau nanyi terbukti, jangan salahkan saya. ya.

Gue melihat ramalan Remy ini sebagai satu keprihatinan terhadap industri musik di Tanah Air. Bermunculan artis lokal belakangan ini ternyata tidak mendorong minat orang kita untuk menonton artisnya sendiri. Alhasil pertunjukan artis lokal tidak menyedot minat banyak orang. Untuk menaikkan daya tarik, penonton diiming-iming hadiah untuk menonton pertunjukan lokal. Ataupun dibikin gratis dengan bantuan sponsor dan sebagai imbalannya, si artis harus mempromosikan produk si sponsor.

Remy melihatnya akibat ketidaksungguhan artis lokal dalam menjalankan karir dan profesinya. Sikap pongah dan cepat puas atas kesuksesan sedikit membuat artis lokal ini seakan lupa daratan. Prihatin mereka akan kalah saing dengan artis internasional yang mulai melirik Indonesia sebagai pasar potensial (baca: Michael Learns To Rock hanya laku di Indonesia dan Simple Plan bolak balik konser disini).

Di hari yang sama, praktisi radio dan juga music director Radio Istara Surabaya, Julian Noor aka Djuleee, mengalami kekecewaan terhadap artis lokal yang telat hadir di program talk-show radio yang sudah dijadwalkan. Kekesalannya ini ditumpahkan di lini masa Twitter yang kurang lebih senada dengan keprihatinan Remy.

Ramalan Remy dan kekesalan Djulee ini cerminan publik melihat artis lokal kita. Puja-puji para fans membutakan mereka akan jejak karir yang akan ditempuh. Manajemen yang kuat dan berpengalaman tidak mungkin dapat menandingi sikap mental buruk artis tersebut. Lalu apakah akhirnya artis lokal hanya jadi penggembira saja sementara artis Internasional sudah siap dengan seribu macam strategi menyedot pasar potensial Indonesia?

5 Comments

  1. jadi jangan salahkan medianya jika lalu gak muter lagu si artis tersebut gara2 mereka telat dateng interview or (parahnya lagi) gak dateng ke schedule interview yang udah disepakati.

Comments are closed.