Google = Sahabat atau Musuh?

My name is Widi Asmoro.

Google telah mengubah persepsi dunia tentang bagaimana mengakses informasi. Teknologi mesin pencarinya ini mampu menjelajah jutaan situs yang tersebar di internet untuk mencari suatu yang relevan buat penggunanya.

Di era konvensional, informasi-informasi tersebut disimpan dalam buku tebal yang biasa disebut Yellow Pages dan disusun alfabetis dan dibuat berdasar klasifikasi. Semakin tebal buku itu semakin banyak informasinya namun lama kelamaan tidak lagi praktis untuk bisa dibawa kemana saja. Gue inget betul bapak gue tiap tahunnya selalu mengingatkan untuk jangan lupa mengambil buku telepon dan Yellow Pages saat membayar rekening telepon. Kegunaan informasinya sangat diperlukan.

Google mempermudah itu semua. Tak perlu lagi menenteng-nenteng buku tebal kemana saja untuk akses informasi. Tak perlu lagi memicingkan mata dengan tulisan kecil dari Yellow Pages. Tak perlu lagi mengambil edisi terbaru Yellow Pages tiap tahunnya dan membuang edisi tahun sebelumnya. Google memberikan akses mudah kapan saja dan dimana saja untuk informasi-informasi yang tersebar di Internet.

Kemampuan Google memberikan informasi tentang situs apa yang menyediakan apa ini menimbulkan problematika tersendiri. Terutama bagi pemilik konten-konten yang terlindungi hak intelektual. Gue pernah nulis tentang kemudahan mencari lagu di Google. Situs-situs yang mengunggah konten intelektual itu dengan adanya Google semakin gampang untuk ditemukan. Situs-situs tersebut meraup keuntungan dengan banyaknya lalu lintas yang menghasilkan pendapatan dari iklan. Pemilik konten hanya bisa gigit jari tanpa mendapat bagian atas kesuksesan situs-situs tersebut dan menghibur diri dengan bilang, ‘semakin banyak di download di situs ilegal tersebut artinya makin banyak orang yang suka dengan karya gue’.

Google selalu mendapat tekanan dari RIAA, asosiasi perusahaan rekaman Amerika, untuk tidak memperlihatkan hasil pencarian terhadap situs-situs penyedia konten ilegal. Dengan mengadopsi Digital Millennium Copyright Act, Google menutup hasil pencarian terhadap situs-situs yang dilaporkan menampilkan konten ilegal.

Tahun lalu gue sempet menuliskan perlawanan terhadap download ilegal yang dilakukan Google. Dan tahun ini di bulan Mei lewat blognya, Google menunjukan apa saja yang sudah mereka lakukan untuk melindungi konten ilegal dari kemudahan untuk ditemukan. Google berusaha keras untuk memberikan keseimbangan terhadap pelaporan situs ilegal oleh pemilik hak intelektual dan juga kebutuhan penggunanya. Karena biar bagaimanapun Google menggantungkan hidup dari jumlah pengunjung yang menggunakan layanannya. Banyaknya situs yang favorit dalam pencarian yang kemudian hilang akan mempengaruhi juga untuk iklan yang tayang. Google menghadapi dilemanya tersendiri yang membuat para pemilik konten terus berfikir, apakah Google sahabat atau musuh?

One Comment

Comments are closed.