Kehadiran artis-artis internasional ke Indonesia atau Jakarta khususnya untuk konser belakangan ini semakin marak. Permintaan untuk mendatangkan artis-artis pujaannya seakan tak surut, promotor menyikapinya dengan mengusahakan terwujudnya konser impian tersebut. Namun jika diperhatikan belakangan ini harga tiket konser melambung tinggi.
Sebagai gambarannya, rata-rata harga tiket konser kelas festival pada tahun-tahun sebelumnya kisaran Rp. 200,000.- hingga Rp. 400,000,-. Sedangkan pada tahun 2012, kisaran harga tiket konser kelas festival bisa melonjak dari Rp. 600.000 hingga Rp. 1.700.000,-. Konon kabarnya melonjaknya harga tiket akibat tingginya bidding yang diajukan promotor untuk mendatangkan artis supaya mau tampil di Jakarta. Tetapi yang bikin gue heran ya tetep laku aja tuh tiketnya. Bayangkan pada saat konser Yes di Ritz Cartlon aja, tiket Diamond seharga Rp. 9.000.000,- aja bisa terjual.
Penuturan rekan saya, Uthe, seorang Ibu yang juga bekerja, tingginya tiket konser bukan masalah karena kebutuhan hiburan menonton artis pujaan secara langsung yang terbilang cukup langka. Setidaknya tahun ini Uthe telah menonton NKOTBSB dan membeli tiket Lady Gaga. Ia pun mengakui tingginya harga tiket konser tidak sebanding dengan fasilitas gedung pertunjukan yang memadai. Intan mengeluhkan konser Jason Mraz tempo lalu kakinya sakit-sakit akibat berdiri kelamaan. Ia memang langsung cuz ke tempat konser dari kantornya dengan mengenakan heels. Tetapi ia cukup puas meskipun ini bukanlah nonton Jason Mraz pertama buatnya, meski ia harus merelakan harus mendengarkan dua lagu terakhir dari luar gedung konser demi dapat keluar dari area pertunjukan dengan nyaman.
Gue sih berharapnya naiknya harga-harga pertunjukan ini diimbangi dengan perbaikan fasilitas yang ada. Nadia memandang daripada membuang uang untuk mendatangkan artis luar negeri, lebih baik uang tersebut digunakan untuk berinvestasi membangun gedung pertunjukan. Yah seandainya John Meglen mau berinvestasi dengan membangun salah satu arenanya di Indonesia tentunya akan lebih baik lagi.
Selain fasilitas, kredibilitas penyelenggara konser juga harus diperbaiki reputasinya. Pembatalan-pembatalan konser yang terjadi belakangan membuat banyak concert goers menahan diri untuk membeli tiket konser. Malahan akibat pembatalan ini masih ada yang belum menerima kejelasan akan pengembalian uangnya. Disini perlindungan terhadap konsumen dipertanyakan. Gue belum dapet menghubungi YLKI buat nanya-nanya soal ini. Tapi menurut logikanya, ketika sudah terjadi transaksi antara konsumen dengan penyedia jasa yaitu disini promotor, harusnya kewajiban memuaskan konsumen sudah dimulai.
Tyas, fans berat musik-musik Asia, melihat bahkan beberapa teman-temannya demi mengurangi resiko mereka rela untuk menunggu sampai hari H sampai yakin betul konser akan digelar. Dan juga tidak jarang demi mendapatkan harga yang cukup miring, mereka merelakan satu atau dua lagu terlewatkan dan membeli tiket di calo yang bertebaran disekitaran arena konser.
Baik Tyas, Uthe ataupun Intan juga sepakat kalau dibandingkan dengan harga tiket konser dengan kelas yang setara di Singapura atau Malaysia misalkan, Indonesia sedikit lebih mahal. Kalau dihitung juga dengan kenyamanan dan keamanan nonton di dalam negeri memang masih lebih mending di luar. Proses refund akibat pembatalan tergolong sangat cepat, sebagai contoh jika pembelian melalui Ticket Box SISTIC. Di Indonesia meskipun mulai marak perusahaan-perusahaan yang membuka jasa penjualan tiket konser namun belum ditemukan yang dapat melakukan refund dengan kepastian.
Apalagi jika menonton konser diluar negeri bisa ditambah bonus plesiran jalan-jalan singkat. Sayang sekali padahal. Konser sebagai salah satu elemen dari industri hiburan sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk mendatangkan devisa bagi negara.