Nyaris setahun semenjak RBT Blackout, tanda-tanda akan dibukanya kembali layanan SMS premium dan juga layanan ring backtone berlangganan seperti sediakala belum nampak jelas.
Solusi pengganti RBT terus diusahakan, namun usaha menghidupkan RBT kembali juga tak kunjung padam. Di tengah usaha tersebut, gue mendapati satu akun twitter milik Cipta Panca Laksana yang menyampaikan protesnya.
Panca dikenal semenjak menjadi manajer produksi di Global TV, beliau sekarang punya bisnis rumah makan Bebek Boenda dan Bebek Cabe Ijo. Kabarnya, beliau juga punya saham kepemilikan di salah satu perusahaan rekaman yang baru didirikan.
Pihak Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia atau BRTI, content provider, perusahaan telekomunikasi termasuk label musik masih berunding mencari jalan tengah agar layanan ini terus berjalan dengan tidak merugikan konsumen. Di tengah deadlock nya perundingan tersebut, banyak content provider yang sudah merumahkan karyawannya, begitu juga label musik telah mengencangkan ikat pinggang. Usulan untuk membuat suatu master content provider (MCP) sebagai ‘clearing house’ juga sempat tercuat namun tampaknya tidak mencapai mufakat.
Dengan sekitar 400-an content provider yang beroperasi di Indonesia diperlukan satu aturan yang tegas agar tidak merugikan konsumen. Hilangnya RBT sebagai produk jualan label musik tidak berdampak signifikan kepada konsumen musik. Sejauh ini gue tidak menemukan ada protes publik dari konsumen musik atas kehilangan aksesnya menikmati RBT. Meskipun hilang, kabarnya lagi nih, ada satu label yang berhasil membukukan pendapatan diatas seratus juta rupiah baru-baru ini. Label ini gue rasa berhasil membuktikan bahwa RBT bukanlah ‘bisnis tipu-tipu’.
Semoga saja kisruh ini tidak berkepanjangan dan semua kepentingan bisa diakomodir 🙂