Alasan Deezer Membidik Pasar Indonesia

My name is Widi Asmoro.

Layanan musik ‘streaming’ Deezer berencana membuka layanannya untuk pasar Indonesia dalam waktu beberapa minggu mendatang. Layanan yang pertama beroperasi di Prancis tahun 2006 konon saat ini telah memiliki modal katalog lagu sebanyak 18 juta lagu. Penggunanya mencapai 20 juta lebih dan sekitar 6 juta pengguna unik berada di Prancis.

Dengan modal tersebut, Deezer percaya diri untuk melebarkan sayapnya di Asia. Dikutip dari siaran persnya, Axel Dauchez, CEO, berkata, “Kami sangat senang sekali untuk meluncurkan layanan Deezer ini dan menjadikan Thailand, Singapura dan Malaysia pintu masuk pasar Asia hingga nanti berikutnya Filipina dan Indonesia.”

Jalur yang ditempuh Deezer berbeda dengan saudara se-eropa-nya, Spotify, yang melebarkan sayap dengan menguasai pasar Amerika terlebih dahulu. Kemungkinan besar alasannya adalah skala kuantitas. Penetrasi  smartphone pun di Asia juga tengah bergulir, meskipun kenyataanya hari ini Asia masih didominasi oleh pengguna ponsel feature-phone namun Deezer tidak ingin kecolongan start di wilayah dengan populasi yang padat ini. Untuk mengatasi masalah koneksi internet, Deezer pun sudah menyiapkan akses offline yang memungkinkan penggunanya untuk menyimpan cache playlist sementara kedalam perangkat nya. Untuk mengatasi masalah aksesibilitas yang biasanya pengguna internet di Asia mengakses internet di warnet atau kantor/sekolah, Deezer juga telah menyiapkan akses lewat browser yang tak lagi memerlukan instalasi aplikasi tertentu sehingga dapat dibuka di PC mana saja hanya dengan memasukkan akunnya. Selain itu, akses lewat mobile juga disediakan dalam berbagai platform ponsel yang populer. Kemampuan diaksesnya tidak hanya melalui komputer PC/Laptop melainkan juga dapat diakses lewat ponsel berbasis iOS, Android, Blackberry, hingga ke tablet dan juga speaker nirkabel.

Deezer perlu juga mengingat pasar Asia adalah pasar yang terbiasa terhadap pembajakan atau kalau gue boleh bilang, pasar ini terbiasa dengan yang gratisan. Akses Deezer memang terbilang gratis untuk menikmati fungsi-fungsi standar seperti mendengarkan lagu selama 5 jam ataupun memilih lagu dari playlist tematik. Namun untuk mendengarkan tanpa batas 18 juta lagu dalam katalognya di gadget tertentu tanpa terganggu iklan, Deezer mengharuskan penggunanya berlangganan akun premium atau premium+ yang kisarannya €5 – €10 atau sekitar Rp. 58,000.- hingga Rp. 120,000.-  Gue agak kurang yakin harga segini bisa terjangkau meskipun fitur yang ditawarkan terbilang cukup beragam.

Tak apalah jika memang mengincar jumlah pengguna gratisan, Asia masih bisa diandalkan. Masyarakat Indonesia juga tidak mempermasalahkan kehadiran iklan karena terbiasa mengkonsumsi media dengan iklan, contohnya siaran televisi free-to-air. Hal lainnya adalah salah satu fitur yang ada di Deezer adalah social music sharing yang memungkinkan penggunanya memamerkan lagu yang sedang didengar ke jejaring sosial. Indonesia termasuk dalam pengguna Facebook dan Twitter terbanyak diseluruh dunia. Ini akan mempermudah Deezer mendongkrak popularitas layanannya. Sehingga mengundang para pengiklan untuk mengalokasikan budget beriklannya lewat Deezer.

One Comment

Comments are closed.