Tulisan ini adalah bagian terakhir dari empat bagian essay yang berjudul “Mencari Wajah Baru Industri Musik Indonesia”. Gue sediakan tautan untuk lompat ke empat bagian tersebut yaitu: Kilas Balik, Era Internet, Upaya Untuk Tetap ‘Survive’, dan Pencarian Model Baru Industri Musik Indonesia. Selamat membaca!
Pencarian Model Baru Bisnis Musik Indonesia
Paparan contoh-contoh inovasi diatas yang terjadi di industri musik Indonesia belakangan ini sayangnya bukan merupakan formula mutakhir yang bisa diimplementasikan ke semua musisi. Strategi branding mungkin tidak cocok terhadap artis yang baru merilis album. Melakukan pertunjukkan langsung secara konsisten tidak cocok bagi musisi yang berfokus pada rekaman. Menggantungkan pemasukan dari jualan CD di gerai-gerai pasar modern pun hanya terbatas untuk artis tertentu atau dari perusahaan rekaman tertentu.
Sementara itu, Indonesia terus menjadi perhatian dunia. Banyaknya konser-konser artis internasional di Indonesia membuktikan bahwa pasar Indonesia sangat potensial. Layanan download lagu utuh secara resmi yang telah beroperasi di lebih dari 30 negara, Nokia Music juga telah beroperasi di Indonesia sejak 2010. Indonesia sendiri telah melayani setidaknya lebih dari 6 juta lagu di download secara resmi melalui platform ini. Situs komunitas video sharing terbesar di dunia, YouTube pada bulan Juni resmi hadir di Indonesia. Hadirnya lembaga pendidikan musik yang telah diakui secara global, School for Audio Engineering (SAE) hadir di Jakarta membuat para kreatif muda Indonesia dapat menambah pengalamannya dengan standar level Internasional.
Kesemuanya itu diharapkan dapat membawa wajah baru bagi industri musik Indonesia yang hingga hari ini masih terus mencari. Industri musik Indonesia harus menemukan wajah barunya.
(habis)
2 Comments
Comments are closed.