Kegagalan NOAH BAND Dalam Online Branding

My name is Widi Asmoro.

Situs Noah Band

Di era informasi digital saat ini, penting buat musisi memikirkan strategi untuk tetap teratas di mesin pencarian terutama Google. Bukan kenapa, kebanyakan penggemar musik saat ini mencari informasi melalui medium internet. Lagu-lagu yang mereka temukan atau dengarkan lewat radio atau televisi, mereka akan cari lagi di internet untuk informasinya. (Tunggu, gue belum sampai ke pembahasaan mengenai lagu atau pembajakan lagu, sabar sedikit)

Sebagai contoh, si Musen adalah pendengar setia radio Motion 97,5 FM Jakarta. Di sela-sela program siaran pagi Dagienk, diputarlah sebuah lagu yang kira-kira lirik yang dapat ditangkap adalah dengar lara ku..suara hati ini memanggil namamu.. karena separuh aku.. dirimu..”. Musen mengingat baik-baik kata-kata yang menyentuh buatnya ini dan langsung ia mencari tau siapa gerangan penyanyi dari lagu ini karena sang penyiar radio tidak memberitahukan siapa penyanyinya.

Dari contoh tersebut, jelas sekali internet dalam hal ini search engine Google menjadi bagian dari rangkaian journey  seorang penggemar musik. Lalu apakah musisi Indonesia sudah benar-benar memikirkan untuk eksis dibelantara Googleland?

Gue mencoba untuk menyalin lirik lagu tadi pada Google search. Hasilnya banyak yang mereferensikan lirik lagu ini adalah milik band Noah. Namun referensi tadi tidak ada satupun dari situs resmi si empunya lagu.

Lalu gue mencoba memasukkan kata NOAH kedalam situs mesin pencari Google. Hasilnya, halaman pertama hasil pencarian tidak ada yang mereferensikan tentang band Noah. Mungkin karena kata NOAH terlalu generik, gue coba tambahkan menjadi NOAH BAND. Eureka.. gue menemukan link www.noahband.net di urutan pertama. Tapi ternyata ini bukanlah situs resmi dari band NOAH. Lho kok?

Rupanya situs resmi NOAH adalah www.noah-site.com dan untuk akun Twitternya adalah @Noah_ID dan Facebook adalah http://facebook.com/NOAH.ID.MUSIC .

Gue sedikit kurang nyaman melihat perbedaan handler pada ketiganya tadi. Perbedaan tadi membuat kesulitan untuk diingat. Okelah NOAH adalah band besar dan sudah terkenal sehingga tidak perlu lagi terlalu memikirkan soal online branding. Tetapi keacuhan tadi membuka peluang akun-akun palsu hadir dan memanfaatkan keadaan. Akun-akun palsu tadi bisa saja mengambil keuntungan dengan memanfaatkan Google Adsense di halaman websitenya. Sehingga penghasilan iklan yang terjadi dari jumlah kunjungan orang-orang yang ingin mencari info tentang Noah seperti si Musen tadi, akhirnya masuk ke kantong si empunya website, bukan ke band nya. Atau bisa saja akun-akun tadi menjual merchandise yang tidak official.

Memang sih pemalsuan merk terkenal dapat saja terjadi dalam kondisi apapun. Tetapi membangun reputasi lewat online branding yang terpadu dapat meminimalkan resiko kekecewaan para fans musik yang tertipu.

Aulia Naratama, Certified Google AdWords dan praktisi Search Engine Optimisation, menganalisa, “Noah menggunakan kata yang terlalu umum sehingga perlu waktu lama agar dapat terlihat secara relevan di Google.” Dia menambahkan jika ingin situs resminya lebih visible di Google Search, pengaplikasian meta-keyword harus segera di-optimalkan. Aulia yang juga pernah menangani beberapa musisi juga menyarankan agar isi dari website dapat terlacak dengan baik oleh mesin pencari. “Content is the king!” tegasnya. Ini adalah upaya agar dapat memaksimalkan monetizing melalui medium internet.

Di sisi lain, kelihaian para penyedia layanan musik ilegal mengoptimalkan search engine juga telah menjadi bukti nyata pencurian yang mencekam. Contohlah Kim Dot Com bisa segitu kayanya dari lalu lintas fans musik yang mencari lagu. Solusi yang semudah diucapkan adalah ‘Tutup layanan musik ilegal’. Tetapi sampai kini hal itu tak semudah untuk direalisasikan. Ini adalah tantangan untuk berkompetisi dengan mereka yang harus dijawab. Dan terpenting lagi, ada fakta dari eMarketer.com yang menyebutkan penghasilan musik yang didapat dari iklan di Amerika bisa mencapai 69% dari total penghasilan musik non manggung.

Padahal NOAH punya kesempatan memiliki nama yang lebih internet-friendly saat mengubahnya dari Peterpan. Terlepas dari filosofi nama tersebut, menurut gue sangat disayangkan saja pemilihan nama baru yaitu Noah tidak diiringi kesigapan untuk strategi menguasai jagat Googleland. Ini adalah kesempatan yang hilang akibat kegagalan Noah Band dalam online branding.

10 Comments

  1. Cakep nih analisanya. Moga2 semakin banyak tulisan kayak gini sehingga mampu membantu kita untuk mengejar ketertinggalan dalam berlogika digital… Btw, filosofi nama NOAH itu apa sih? *beneran nanya*  

    1. NOAH artinya cinta kedamaian.. Berumur panjang.. Dan memberi kenyamanan, maksutnya memberi kenyamanan di telinga para pecinta musik, khususnya pecinta musik Indonesia.

  2.  ane liat di situs palsu noah noahband.net mereka cuman numpang nama besar noah untuk segelintir keuntungan, nyediain iklan, apa NOAH sendiri akan diem? sayang banget NOAH tidak didukung tim yang mampu mengakomodir pencitraan di dunia maya. buat yg iklan di situs palsu NOAH.. I’m really sad for you, ngga sadar mereka ikut berkontribusi terhadap pembajakan, membajak nama orang lain untuk numpang popularitas. kenapa saya cap sebagai situs palsu? mereka tidak ada menyatakan didalam situs itu tentang siapa dan apa tujuan web itu http://noahband.net/about <—- not found
    mari kita ciptakan budaya untuk lebih beretika didalam bersosialisasi berinternet

Comments are closed.