Apakah loe pernah ngerasa bahwa loe telah menghargai musik yang loe dengar sehari-hari? Jika iya, dengan cara apa loe sudah menghargai musik tersebut? Dengan membeli albumnya kah atau ada cara lain?
Jadi gue dapetin gambar ini dari Path seorang rekan yang kampiun di industri musik. Well, gue gak against dengan ide ‘menghargai’ musik disini karena bagaimanapun proses dalam membuat musik juga menghabiskan energi. Tetapi kata-kata di gambar ini sebetulnya agak miss-leading. Mengingat disini membandingkan musik yang merupakan kebutuhan tertier dengan minum yang merupakan kebutuhan primer.
Membandingkan orang yang mau menghabiskan $5 untuk sebuah kopi Starbucks dengan orang yang tidak mau membeli musik menjadi sebuah perbandingan yang tidak sebanding. Sudah menjadi kebutuhan humani untuk minum, dan angka sekian dihasilkan dari sebuah produk minuman yang telah dikemas sedemikian rupa dan dibungkus dalam strategi marketing yang elegan sehingga bisa dijual seharga premium. Kenapa orang tidak mau membayar musik? Disini juga salah. Tidak semua orang tidak mau membayar musik. Tergantung musik apa dan sejauh mana orang ini dapat memberi nilai (value) dari musik tersebut. Padahal kalau dibandingkan air minum biasa banyak bisa didapatkan secara gratis dan orang tidak mau membayar. Sama toh halnya dengan musik yang biasa-biasa saja. Ngapain bayar?
Tapi gue tidak seradikal itu menganggap musik sudah tidak lagi ada nilainya. Musik adalah sebuah ide yang diproses menjadi sebuah karya. Proses inilah yang harus dihargai. Mungkin tidak melulu dengan cara membeli CD. Caranya banyak. Contoh, dengan datang menyaksikan pertunjukkan langsungnya itu bisa menjadi bentuk menghargai. Mendengarkan lagu di radio, menonton acara musik di Televisi hingga menyaksikan clip di YouTube juga bisa menjadi bentuk menghargai.
Kafe, Radio, TV hingga internet, YouTube, telah menjalin kerjasama dengan perusahan rekaman dan juga penerbit musik untuk dapat memutarkan lagu dengan menyisihkan keuntungannya kepada perusahaan rekaman dan juga penerbit musik. Biasanya dalam industri musik ini disebut sebagai pemberian lisensi. Pendapatan industri musik yang dihasilkan dari pemberian lisensi dari performing rights menurut laporan dari Sound Exchange telah menghasilkan sekitar $326.9 juta untuk tahun 2012 hingga bulan September. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang membukukan penghasilan $291.8 juta.
Kembali lagi gue tekankan, kalau gue bukan anti membeli CD. Perjalan gue kemarin ke Bristol saja menghabiskan setengah hari memutari HMV, Listen dan Rise dan sempat membeli beberapa CD. Yang ingin gue sampaikan disini adalah untuk menghargai musik tidak harus melulu dengan membeli CD. Disini gue sedikit memaparkan soal pemberian lisensi/publishing. Menikmati musik dengan bertanggung jawab juga bisa dianggap menghargai. Mudah-mudahan dari sisi musisinya juga tidak asal-asalan dalam memproduksi musik. Sehingga kitanya pun sebagai penikmat akan terus menjauhi produk-produk bajakan!
Benar sekali mas. Hal tersebut juga diamini oleh Mike Shinoda, Linkin Park.
“Every dollar you spend on a band (whether it be on their music,
concert tickets, or merchandise) is a statement; it says that you want
the artist to continue to make music. In buying something, you are
essentially helping fund the artist’s future endeavors.”
http://mikeshinoda.com/2009/02/19/fan-responses-hard-times-vs-music-sales-quality/
thanks Kak 🙂
Mas, kalau dengerin streaming album/single terus share [atau mungkin cuma #np] kalau kita lagi dengerin lagunya.. itu bentuk promosi juga gak? bentuk apresiasi juga gak?
Insya Allah termasuk.. apalagi didengerinnya di bulan puasa seperti ini.. semoga barokah.. amin!
hihihi…