Menelanjangi Crowdfunding di Industri Musik Indonesia – bagian 1

My name is Widi Asmoro.

crowdfunding

Bagaimana crowdfunding ditanggapi oleh pelaku di industri musik Indonesia? Gue mencoba menggalinya dan mencari tau tentang crowdfunding dan tanggapan para pelaku industri musik Indonesia. Lalu mengapa label rekaman di Indonesia tidak mencoba melakukannya jika seorang Amanda Palmer bisa meraup uang sedemikan banyak dari aksi crowdfundingnya?

Tentang Crowdfunding

Crowdfunding atau kalau diistilahkan dengan bahasa Indonesia menjadi urunan atau patungan menjadi sebuah alternatif pembiayaan dari produksi sebuah album rekaman musik. Meskipun crowdfunding bukan melulu soal musik, di luar negeri crowdfunding digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek kreatif mereka.

Massolution mendefinisikan crowdfunding kedalam empat tipe:

  1. Equity-based crowdfunding, ini adalah model yang paling besar meraup uang dan biasanya digunakan pada produk-prouk digital. Disini para donatur akan mendapatkan saham atas projek yang akan dijalankan berdasarkan perjanjian bagi hasil yang telah disepakati.
  2. Lending-based crowdfunding, model ini para donatur akan menerima bagi hasil dalam jangka waktu tertentu.
  3. Reward-based crowdfunding, donatur akan mendapatkan reward yang berupa non-uang atas donasi nya.
  4. Donation-based crowdfunding, donatur tidak mengharapkan kompensasi apapun atas dukungannya terhadap proyek tersebut.

Selama ini produksi musik sangat bergantung pada pemodal yang berada di korporasi label rekaman. Gelombang kemandirian atau independen membuka jalan baru sumber pembiayaan dengan memasukan peranan fans musik untuk ikut andil dalam memproduseri dengan memberikan sumbangan finansial pada proses pembuatan album rekaman.

Breaking The Label System

Sebutlah Amanda Palmer yang dengan proyeknya yang diunggah disitus Kickstarter.com mampu mengumpulkan setidaknya $12 juta. Tak hanya itu, Amanda Palmer mampu mengumpulkan jumlah fans hingga puluhan ribu dari seluruh penjuru dunia untuk terhubung dengannya. Artis lainnya adalah Alex Day yang kebetulan juga tidak berada dibawah naungan dari label rekaman namun mampu menghidupi karirnya dari bermusik dengan mengajak fans nya ikut andil dalam karirnya dalam urusan pendanaan.

Keberadaan mereka memecahkan kebuntuan dari sistem yang dibangun label rekaman selama puluhan tahun. Sebetulnya bukan salah label rekaman juga atas hal ini bisa terjadi. Sistem royalti yang dibayar dimuka oleh label kepada artis membuat artis jadi terlena dan lupa daratan atas tugasnya membuat musik. Alhasil banyak musisi hanya mengejar royalti di muka tanpa memikirkan sebetulnya musik yang dibuat itu adalah untuk penggemarnya. Ketika sistem label ini menjadi ‘over supply’, artis-artis menjadi patah arang menunggu royalti turun dari label dan akhirnya kembali ke khittahnya untuk berhubungan langsung pada fans.

Teknologi pun semakin memungkinkan untuk proses urunan ini terjadi. Situs macam kickstarter.com bermunculan. Adalagi Pledgemusic.com dan di Indonesia adapula situs Wujudkan.com.

Crowdfunding di Indonesia

Beberapa artis yang gue sempat ketahui menggunakan model crowdfunding untuk pendanaan proses produksi karya musik nya adalah: Navicula dan Efek Rumah Kaca. Mereka langsung berhubungan dengan fans mereka untuk meminta dukungan pendanaan atas projek yang akan dibuat. Ada pula yang memanfaatkan situs seperti wujudkan.com seperti rapper Kojek dengan proyek Si Kecil Untuk Bangsa Yang Besar.

Bukan hanya merilis album musik tetapi untuk menerbitkan buku dengan tema musikal serta pertunjukan seni pun dilakukan dengan cara crowdfunding. Contoh adalah proyek Tanda Hati 9 Lukisan Kata dan Nada yang bisa didukung lewat link ini tinyurl.com/tandahati. Ini adalah proyek album musik puisi yang diangkat dari puisi-puisi karya 9 penyair dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Gue ikut mencoba ikutan dalam proses urunan album Pandai Besi yang digagas oleh Efek Rumah Kaca. Menurut rumor yang beredar, terkumpul atau tidaknya donasi dari crowdfunding ini, Efek Rumah Kaca tetap akan merilis album Pandai Besi. Ini buat mereka sekedar memberikan ruang buat fans nya untuk berkontribusi terhadap proses kreatif yang mereka buat.

 

bersambung … bagian berikutnya akan membahas mungkin tidaknya crowdfunding diimplementasikan oleh perusahan rekaman