Layanan streaming musik lokal, Ohdio, mengubah tampilan dan penawarannya ke penggunanya dari bisa memilih lagu yang bisa di streaming (on-demand) menjadi layanan yang menyediakan playlist yang sudah disiapkan (non-demand). Mereka pun mengganti url untuk mengakses dari http://ohd.io menjadi http://ohdio.fm serta akun Twitter handler mereka dari @Ohdio_ menjadi @OhdioFM.
Tidak ada penjelasan resmi mengapa terjadi perubahan ini. Spekulasi yang berkembang adalah rates yang diberikan oleh pemilik konten melambung tinggi untuk model streaming yang dapat memilih lagu. Kita sama-sama sudah melihat korbannya adalah TuneWiki yang akan tutup akhir bulan Juni. Namun beda cerita dengan Ohdio yang mulai menyelipkan iklan di halamannya meskipun akses Ohdio sendiri masih terbatas untuk perangkat desktop dan ini menyebalkan. Ohdio pun kini bisa diakses lewat perangkat bergerak seperti ponsel ataupun tablet dengan mengakses lewat browser internet http://ohdio.fm/m
Lewat penawaran baru ini, Ohdio memberikan 4 opsi mood untuk memulainya yaitu Ohdio Hits, Sendu, Sebel dan Santai. Dan moods ini akan berubah-ubah menyesuaikan seiring hari berganti. Masing-masing mood tersebut terdapat 4 playlist rekomendasi yang bisa langsung diputar. Playlist rekomendasi itu juga disertakan keterangan singkat yang cukup membujuk penggunanya untuk mencoba. Meskipun memilih playlist atau daftar putar, Ohdio menyertakan gambar-gambar album artis di tiap playlistnya sehingga pengguna dapat mengira-ngira lagu apa yang dapat didengar. Proses registrasinya pun sangat mudah sekali dengan adanya FB connects.
Ohdio mengambil tagline “Dengerin musik itu gampang!” dan mengambil emosi cinta produk dalam negeri. Terlihat jelas dari keterangan di website nya yang bilang kalau akan mengeksplorasi musik Indonesia karena masih banyak musik Indonesia yang belum tergali. Meskipun tidak menyebutkan jumlah katalog yang pasti, gue berasumsi label yang bekerjasama adalah Nagaswara, Musica Studios, Alfarecords, Seven Music dan Aquarius Musikindo. Label internasional seperti Sony Music, Warner Music dan Universal Music hanya ada artis lokalnya saja. Beberapa lainnya adalah label-label independen.
Situasi pasar musik di Indonesia memang belum dapat dipastikan. Kemunculan YouTube membawa dampak baru optimisme ditengah pelaku industri. Apalagi dengan adanya Deezer yang ‘diam-diam’ telah beroperasi di Indonesia. Streaming nampak menjadi suatu yang patut diperhitungkan dan Ohdio melihat pangsa itu di Indonesia. Dengan mengandalkan bisnis model Ad-funded, Ohdio masih punya semangat untuk memberikan layanan yang cocok buat Indonesia. Bagaimana pasar musik Indonesia akan menerimanya? kita tunggu saja!
Sebenernya moods yang disediakan ada lebih dari empat. Mood yang ditampilkan disesuaikan dengan waktu hari. Jadi moods di sore hari akan berbeda dengan moods di pagi hari, and so on. 🙂
Untuk versi mobile, sebenarnya sudah tersedia di ohdio.fm/m/. Hanya saja memang proses pendeteksian OS device-nya belum lengkap, jadi belum dapat redirect secara otomatis di semua device. But we’re working on it. 😀
Thanks for the article mas Wid!
thanks kak!
mungkin keterangan mengenai versi mobil bisa disertakan di homepage nya supaya jelas