Bagaimana cara menjual musik paling gampang adalah pertanyaan yang sering gue dapet. Meskipun sebetulnya banyak cara menjual musik yang bisa dilakukan oleh para pebisnis musik untuk lebih dari sekedar menjual CD. Yang penting kamu tahu kebutuhan dari para fans musik adalah untuk menikmati musik dan setelah itu mereka menginginkan suatu bentuk yang dapat disentuh. Disinilah proses transformasi antara bentuk musik yang intangible akan semakin bernilai lebih saat diubah menjadi tangible.
Menawarkan Konsep MusicDrink
Beberapa hari lalu gue menerima proposal dari sebuah perusahaan di Jerman untuk menjual musik dengan di-bundle dengan produk minuman. Mereka sebut ini sebagai ide inovatif yang merupakan kombinasi antara produk minuman dan usb dalam ukuran bermacam-macam untuk dimasukkan musik. Minuman yang dijualpun akan beragam tergantung perusahaan ini mendapatkan kerjasama dengan produsen minuman kaleng yang mana. Yang ditawarkan MusicDrink ini adalah minuman energi dari Rhino yang memiliki potensi jualannya hinnga 5 juta kaleng per bulan. Bayangin tuh rata-rata royalti yang loe dapet per bulan jika musik loe bersanding dengan minuman kaleng ini.
MusicDrink ini akan didistribusikan ke seluruh toko yang menjual minuman. Artinya daya distribusi musik akan sebanding luasnya dengan daya distribusi produk minuman ini. Musik akan semakin mudah ditemukan dan dicari. Apalagi jika kaleng minuman ini akan dihiasi menjadi artwork album si musisi. Tentunya akan semakin semarak. Bagi produsen minuman pun akan semakin menambah value produk minumannya. Kaleng-kaleng tersebut dapat menjadi collectible items.
Bukan Hal Baru
Konsep semacam ini bukanlah hal baru. Tahun 2007 saat gue menonton konser Avril Lavigne di Hongkong gue sempet membeli gelang (wrist band) Avril Lavigne yang jika dibuka akan ada usb berisikan video animasi/komik dari lagu-lagu Avril Lavigne. Harganya waktu itu jika dirupiahkan sekitar Rp. 400,000.- cukup mahal namun sangat wajib dikoleksi bagi penggemar Avril karena warnanya yang pink dan icon tengkorak dan hatinya yang menggemaskan.
Di Indonesia sendiri grup band Lyla pun berusaha melakukan hal yang sama dengan produsen minuman Aguaria. Yang Lyla lakukan adalah model beli Aquaria dengan jumlah tertentu akan mendapatkan CD terbaru dari Lyla. Sayangnya Aguaria mempunya distribusi yang kuat hanya di daerah Jawa Tengah saja sehingga tidak terlalu terasa ke daerah-daerah lainnya.
Agnes Monica (atau Monata atau Soneta terserah anda) juga melakukan bundling yang sama dengan kopi Kapal Api. Yang ini memang belum sempet gue ulas karena belum sempet ke Carrefour untuk beli kopi dan gue bukan penggemar kopi Kapal Api. Sayangnya juga, partner kerjasama Agnes dan Kapal Api untuk pendistribusian musik secara digital ini masih belum siap. Nanti gue ulas lebih jelasnya di blog Music Enthusiast ini.
Intinya Adalah Lisensi Musik
Kembali lagi sebagai musisi atau pemilik karya musik yang loe harus pahami betul adalah proses memberikan lisensi musik loe kepada perusahaan inovatif ini. Lisensi musik yang loe berikan akan diletakkan pada tiap kaleng minuman yang terjual. Setiap kaleng artinya setiap royalti yang akan masuk kedalam kantong loe. Inilah yang menurut gue maksud dari menjual musik tak hanya soal CD. Sebagai penyuka musik pun menjadi tidak terasa membeli musik karena minuman adalah kebutuhan primer sehingga menikmati musik menjadi sama-sama primer.
Mungkin ide ini bisa loe tawarkan ke teman-teman band loe. Atau jika loe menemukan partner untuk menjual minuman atau makanan yang bisa disandingkan bareng tentunya akan makin cihuy. Kabar-kabari gue yah kalau loe punya ide atau sedang menjalankan ide menjual musik dalam bentuk lain!
Selalu menarik untuk dibaca tulisan bapak satu ini.. :). Minimal seminggu sekali baca tulisannya deh.. rajin terus menulis ya Wid … 😀
entar gak kerja dong bu.. :)) hehe