Indonesia music industry di penghujung kwartal ketiga tahun 2013 ini mengalami banyak hal yang menurut gue cukup menarik. Dari pergantian personil sampai strategi-strategi baru pasca ring back tone. Buat gue melihat ini sebagai hal yang cukup positif untuk sebuah industri yang berpotensi terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia.
Pergantian Personil di Label Musik
Mari kita mulai dengan perubahan yang terjadi secara mengejutkan dari Sony Music Indonesia, label rekaman tempat gue pertama kali belajar industri musik. Pak Toto Widjojo dikabarkan meninggalkan posisi Managing Director yang telah dijabatnya semenjak 2005. Tampuk kepemimpinan sementara nampaknya dipercayakan kepada Alexander Sancaya yang merupakan Finance Director.
Selanjutnya adalah mas Hendra Tanusaputra, Marketing Manager Warner Music Indonesia, mundur untuk kembali ke industri pertelevisian. Lalu Derry Laksmana, Head of Domestic Universal Music Indonesia, bermigrasi ke Sampoerna. Dari Keci Musik, GM Marketing Rena Ningtyas, undur diri dari musik. Dan juga dari Aquarius Musikindo yang tidak bisa disebutkan namanya disini.
Streaming Streaming dan Streaming!
Nokia Music dengan Mix Radio baru diluncurkan secara resmi tanggal 8 Oktober. Layanan musik yang mengutamakan lean-back user untuk menikmati mix yang disesuaikan dengan mood dan aktivitas nya tengah jadi perbincangan. Begitupula dengan Ohdio.FM, layanan streaming buatan dalam negeri juga bergeliat mempromosikan layanannya. Baru-baru saja merilis versi aplikasi Windows Phone nya. Loe bisa coba download disini.
Menurut Dailysocial pun Spotify mengincar pasar Indonesia mengikuti Deezer yang sudah terlebih dahulu tersedia di Indonesia. Sedang hangat dibahas di perlabelan Indonesia adalah kehadiran pemain global dalam layanan musik. Setidaknya selain Nokia Music, iTunes, YouTube dan sebentar lagi Google Play Music, ada delapan lainnya yang tengah menunggu lampu hijau untuk segera beroperasi di Indonesia.
Oh iya, dari kancah per streaming an video, platform buatan lokal bernama Digilive tengah bersemangat untuk bermain diarea konser secara digital/streaming. Percobaan siaran perdana saat event Social Media Festival tahun ini mendapat animo positif apalagi dengan mengambil pasar anak muda pecinta musik indie. Diikuti pula oleh Slank yang meluncurkan Slankers.tv yang menjanjikan konten-konten video untuk para Slankers.
Regulasi Konten Digital
Didukung oleh Dirjen HAKI Kementrian Hukum dan HAM, urusan mengenai hak karya cipta terutama diranah permusikan tengah disorot. Kita dengar betapa Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok, berusaha keras menggusur perdagangan CD bajakan di mall-mall. Dan kini juga tengah disusun sebuah sistem yang akan mengatur soal lembaga manajemen kolektif di Indonesia yang nantinya akan mempermudah bagi para pengguna konten musik yaitu para penyedia layanan musik untuk menggunakan atau menjual konten-konten yang dimiliki oleh label ataupun pemegang hak. Gue sih merasa tahun ini adalah tahunnya para pencipta lagu dan publisher/penerbit musik untuk ambil peran terjun juga ke bisnis musik secara langsung.
Denger-denger nih APMINDO yaitu Asosiasi Penerbit Musik Indonesia (http://www.apmindo.com/) tengah mencari kandidat yang pas untuk menahkodai arahnya ini kemana. Terutama untuk menjadi negosiator kepada para birokrat dan juga jembatan komunikasi kepada para penyedia layanan musik baik yang dari lokal ataupun global. Yah semoga kisah landak di musim dingin tidak kejadian di Indonesia. Kalau loe berminat dan merasa cocok untuk terjun ke bisnis musik, mungkin ini saat nya!
Baguslah kalau layanan streaming itu masuk ke Indonesia. Biar pada move on dari RBT. Buka aja akses ke layanan streaming itu, selain dapat promosi kan dapet penghasilan juga.