Grup band iconic The Changcuters punya cara tersendiri saat merilis album ke-empatnya yang bertajuk “Visualis” dengan turut menghadirkan teknologi Augmented Reality, apakah itu? Gue sempat berbincang-bincang dengan Tria, sang vokalis, tentang apa gerangan yang mendorong mereka membuat ini. Karena menurut gue secara nama dan job manggung The Changcuters harusnya tidak kesepian dengan loyalitas para Changcut Rangers, sebutan fans The Changcuters yang akan selalu menyambangi event-event The Changcuters dan meniru gaya berpenampilan band pujaannya.
Bermain Dengan Digital Bukan Hal Baru
The Changcuters bisa gue bilang bukanlah band yang gagap teknologi. Salah satu yang gue inget adalah kehadiran mereka sebagai icon di chat messenger Yahoo! Chat. Ini kurang lebih kejadian tahun 2005-an gue kurang ingat pastinya, mungkin jika pembaca music enthusiast ada yang mengingatnya silahkan dikoreksi. The Changcuters hadir tak hanya sebatas icon gambar tetapi juga dengan audio dan animasi.
Di tahun 2011, The Changcuters merilis sebuah aplikasi game yang juga dibalut dengan fitur chatting untuk para pengguna Nokia X2-01 dan platform S40. Game Changcuters ini mengajak para penggunanya untuk berkreasi mendandani personil The Changcuters dari gaya rambut, pakaian, sepatu hingga aksesoris lalu di share ke Facebook dan Twitter. Game ini dibuat oleh Elasitas dengan Sony Music Indonesia sebagai produsernya.
Tak puas sampai disitu saja, band ini kembali lagi bermain-main dengan teknologi digital dengan menghadirkan teknologi Augmented Reality di tahun 2013. Augmented Reality adalah sebuah imaji buatan yang hanya bisa dilihat melalui kamera dari aplikasi. Disini The Changcuters dihadirkan dalam potongan animasi 4 dimensi sepanjang 10 detik berulang-ulang menyanyikan reffrain dari lagu “Mengapa Sahabat Pacarku Lebih Cantik Dari Pacarku”.
AR Masih Bisa Dikembangkan Lagi
Pemanfaatan Augmented Reality di album Visualis ini gue merasa masih banyak yang bisa dikembangkan supaya tidak terjebak menjadi sekedar gimmick saja. Konsep album berisikan 12 lagu ini sebetulnya sudah punya relevansi terhadap ide realitas buatan dengan sampul album menghadirkan berbagai macam benda yang berkaitan dengan optikal. Sayangnya, eksekusi AR ini tidak lebih baik dibandingkan artis pendahulunya, Indah Dewi Pertiwi, yang pernah juga melakukan gimmick AR serupa.
Pertama yang menurut gue bisa dikembangkan lagi adalah materi yang ditampilkan sebagai objek augmented. Sangat membosankan mendengarkan reffrain yang diulang-ulang. Seandainya bisa dieksplorasi lebih jauh lagi agar tidak terpaku pada jualan album terus. Ingat kembali di tahun 2010 ada aplikasi iButterfly yang mengajak orang-orang menangkap kupu-kupu virtual yang berterbangan di dalam kota. Atau dibuat seperti ‘treasure hunt’ agar para Changcut Rangers selalu nggak bosen membuka aplikasi AR ini.
Kedua adalah keterbatasan platform yang mengharuskan instal di Android saja. Okelah pengguna Android banyak akan tetapi apakah sudah mewakili mayoritas Changcut Rangers? Pertanyaan ini mungkin hanya pihak manajemen band yang tahu. 🙂 Alangkah baiknya apps nya juga dikembangkan ke platform lain, toh fitur kamera sudah menjadi hal yang standar untuk setiap smartphone. The more the merrier, right?
Banyak Cerita Buat Rilisan Album Baru
Saat berbincang dengan Tria beberapa minggu lalu, ia mengakui untuk rilis album saat ini harus dilakukan dengan cara yang menarik supaya banyak orang yang melirik. Salah satunya yang mereka lakukan adalah dengan menggandeng developer aplikasi untuk Augmented Reality ini. Ia juga memberikan resep buat album anti bajakan dengan hadirnya gimmick AR ini. Album Visualis dibuat dengan sleeve box yang menyisakan bagian tengah yang membuat gambar mata dari sampul album sebenernya terlihat. Menurutnya, ini jikalau dibajak tidak akan beresiko selain malu telah membeli barang bajakan dan juga tidak dapat menyaksikan AR yang super keren itu.
Album Visualis ini juga masih menyimpan banyak cerita lagi yang ingin disampaikan ke khalayak luas. Video klip terbaru yang tengah digarap juga punya unsur menarik yang bisa diberitakan. Dengan konsep stop-motion dan latar pengambilan gambar di luar negeri adalah sumber cerita yang menarik. Jadi selebriti tak hanya diliput soal kawin cerai saja, unsur kreatifitas semacam ini juga layak lho dikabarkan.
Buat gue, apa yang dibikin The Changcuters ini adalah contoh bagus bagaimana merilis album dengan tidak sekedar merilis musik. Tetapi membangun sebuah value yang menjadikan nilai tambah dan menguatkan pertimbangan orang untuk menghargai lalu membeli karyanya. Sebuah konsep yang matang dan didukung oleh manajemen yang konsisten serta fokus terhadap hasil adalah mutlak hari gini ditengah mudahnya orang merekam lagu. Sukses buat The Changcuters dan album barunya!
One Comment
Comments are closed.