Siapa yang paling diuntungkan dengan maraknya layanan musik streaming hadir di Indonesia? Ya tentu saja FANS MUSIK yang paling diuntungkan. Mereka dapat memilih berbagai cara untuk menikmati musik kesukaannya tentu saja dari layanan musik yang resmi diberikan mandat oleh musisi atau perusahaan rekaman untuk mendistribusikan karyanya. Sebelumnya, fans musik selalu dijadikan tertuduh karna menikmati musik dari sumber yang tidak resmi. Memaksa mereka untuk membeli musik bukanlah hal mudah. Memaksa mereka mendengarkan potongan 30-40 detik lewat nada sambung juga sudah bukan jamannya. Layanan musik streaming inilah model terbaik saat ini buat fans musik, khususnya di Indonesia.
Layanan musik streaming di Indonesia
Indonesia dilihat dari populasinya memang pasar yang menggiurkan bagi para penanam modal. Apalagi yang ingin mengembangkan usaha nya dibidang hiburan. Tak ayal dalam dua tahun belakangan makin marak hadir layanan musik yang bersifat streaming. Meskipun tantangan terbesarnya adalah jaringan telekomunikasi yang urutan lima terpelan se Asia, ini tidak mengurungkan niat. Karena Indonesia negara kepulauan yang terpisahkan laut sehingga distribusi fisik selalu menjadi kendala. Maka terpikirlah untuk mendistribusikan musik lewat udara/streaming.
Catatan gue, layanan musik streaming global yang sudah hadir di Indonesia ada:
Kabarnya Spotify juga tengah menyusun kekuatannya untuk segera diluncurkan di Indonesia.
Selain yang global tersebut, layanan musik streaming dari Indonesia pun juga muncul, sebutlah Melon yang merupakan anak usaha dari grup telekomunikasi Telkom yang juga menjadi backbone layanan musik dibawah Telkomsel, Langit Musik. Selain itu ada pula Ohdio.fm yang terasa sangat lokal sekali dan fokus untuk mempromosikan musik Indonesia.
Perang Diferensiasi
Dengan banyaknya pemain-pemain di layanan musik streaming, ini membuat masing-masing layanan mencari cara untuk merebut hati fans musik tadi untuk tetap menggunakan layanannya. Ada dua tipe yang menurut gue tampak nyata dari layanan tersebut yaitu: lean-back service dan lean-forward service. Nokia/Microsoft adalah satu-satunya yang bermain di lean-back service, yaitu layanan musik streaming yang memberikan kemudahan penggunanya untuk tidak repot memilih lagu dan cukup memilih moods musik apa yang ingin didengarkan. Kebalikannya, lean-forward service, yang memberikan opsi bagi penggunanya untuk menyusun playlist.
Dari segi harga berlangganan pun macam-macam. Youtube, dan Rdio merupakan layanan musik streaming yang gratis dengan iklan. Berbeda dengan Nokia/Microsoft MixRadio yang memberikan layanan musik streamingnya secara gratis namun eksklusif bagi pengguna ponsel Nokia Lumia, Asha tipe tertentu dan Nokia X/XL serta berbayar Rp. 15ribu buat umum dengan mengaksesnya lewat http://mixrad.io/id. Sedangkan Guvera dan Deezer menyediakan layanannya dengan akses berbayar mulai dari $3.99. Iya masih pake dolar.
Experience lainnya seperti kualitas audio yang tinggi hingga kemampuan untuk menyimpan secara offline mix/playlist yang disuka juga menjadi menu tersendiri untuk dijagokan. Informasi tentang artis dari gambar profil hingga artwork album dan juga biografi menjadikan pengalaman lebih buat musik fans. Beberapa diantaranya juga menawarkan untuk memberikan lirik lagu agar dapat bernyanyi bersama.
Jumlah katalog lagu pun bermacam-macam. YouTube memimpin dengan model user-generated content, youtube memungkinkan memiliki konten beragam. Tetapi juga model bisnis untuk pemilik konten sudah diperhatikan dengan sistem bagi hasil dari iklan yang saling menguntungkan. Nokia/Microsoft MixRadio punya katalog global sebesar 30 juta lagu dan tersedia di 31 negara, Deezer pun memiliki 30 juta lagu dan di berbagai negara, Yang lain hanya menyebutkan katalognya berjumlah jutaan, yah sejuta juga termasuk jutaan sih 🙂
Manfaatkan Teknologi
Diatas sudah panjang lebar mengenai keuntungan fans musik dengan adanya layanan musik streaming yang resmi di Indonesia. Lalu apa pentingnya bagi musisi dan pemilik konten? Tentu saja kehadiran mereka bukan hanya untuk mempromosikan lagu-lagu loe. Jargon yang selalu dihembuskan oleh radio-radio di Indonesia adalah memutarkan lagu untuk dipromosikan dan dikenal khalayak luas. Sayangnya, promosi tersebut masih harus difiltrasi oleh music director yang memilih lagu mana yang cocok buat radionya. Belum lagi kalau sudah diudarakan lagunya tapi tidak disebut judul lagu dan nama penyanyinya. Dan satu hal lagi yang menjadi duri adalah tiap lagu yang diputar belum tentu artisnya mendapatkan bagian keuntungan dari radio itu mendapatkan kue iklan. Peranan perangkat collecting society yang fair sudah sangat dirindukan. But this is debatable.
Layanan musik streaming yang resmi memberikan model bisnis yang secara benang merah sama: tiap lagu loe yang diputar sama fans musik, loe dibayar. Ini bisa menjadi sejalan dengan promosi lagu baru yang digencarkan. Dan juga beberapa layanan musik streaming tadi tidak memberatkan fans musik untuk membayar terlebih dahulu. Istilahnya try before they buy.
Kita sudah melihat bagaimana Slank memanfaatkan Deezer untuk mempromosikan album barunya ke tingkat dunia. Sekarang mungkin giliran loe juga. Bahkan lagu-lagu lama pun yang merupakan nostalgia bagi fans musik bukan tidak mungkin untuk menjadi populer lagi. Atau, satu hal yang nyangkut di kepala gue, lagu-lagu yang pas jamannya RBT nggak sempet populer karena lagu populer itu bukan cuma 30-40 detik saja, mungkin ini saatnya.
Tunggu apa lagi?
One Comment
Comments are closed.