Sudah beberapa tahun belakangan ini restoran cepat saji seperti KFC, Texas Chicken, Es Teler 77 menambahkan ‘musik’ sebagai menu yang ditawarkannya. Dan kabarnya kini McDonalds akan ikut serta.
Jika dilihat kembali, tren ini memang semakin berkembang baik. Sebutlah KFC di Indonesia yang sejak peluncuran album Cinta Laura di tahun 2010, semakin percaya diri mendistribusikan CD rilisan musisi Indonesia diluar label asuhannya, Music Factory. Melihat kesuksesan KFC, Texas Chicken di Indonesia juga ikut mendistribusikan CD musisi Indonesia. Tak ketinggalan juga Es Teler 77 yang sempat mencoba untuk mengkombinasikan makan dan musik. Dan terakhir adalah McDonalds di Amrik yang tengah menyusun tim yang solid untuk menyediakan hiburan dan musik ditengah-tengah sajian menu khas mereka.
Distribution Channel Modern
Pamor toko spesialis jualan CD yang kian meredup telah diimbangi dengan kehadiran restoran cepat saji yang kini telah menjadi channel alternatif untuk distribusi musik. Jika dilihat, tutupnya dua cabang Aquarius yaitu yang di Mahakam dan di Pondok Indah tidak membuat gentar restoran cepat saji menjajakan CD-CD musik. Penyuka musik dapat mencari CD dari artis kesayangannya di restoran cepat saji meskipun dengan amat sangat terbatas pilihan musiknya. Hal ini ditangkap dengan baik oleh Disctarra yang mencoba peruntungan dengan konsep toko musik dan kafe yang dapat loe jumpai di Grand Indonesia.
Restoran cepat saji menjadi channel distribusi yang tak lazim. Apalagi dengan didorong dengan front-liners atau penjaga kasir yang selain menerima order pesanan makan, mereka pula aktif untuk menawarkan paket yang berisikan CD musik. Gue mengambil contoh dari pengalaman pergi ke restoran cepat saji di KFC. Suasana di resto tersebut pun tak lepas dari foto-foto berfigura besar dari musisi-musisi Indonesia. TV komersial memutarkan tanpa henti video klip dari musisi yang dijajakannya juga. Ini membangun pengalaman antara makan dan hiburan yang sangat baik.
Kehadiran restoran cepat saji ini membuat ketersediaan musik di pasar terjaga. Yah meski tetep dengan jumlah katalog terbatas. Tetapi itu kan lebih baik dibandingkan jika penikmat musik mencari musik yang disukanya di tempat ilegal karena ketidaktersediaan di tempat yang resmi?
Berbenah Tim Yang Serius Dengan Musik
Restoran cepat saji nampaknya semakin serius untuk menyertakan musik sebagai elemen penting dari pengalaman makan sajiannya. Apalagi dengan menyertakan orang-orang yang berpengalaman dalam bisnis musik ke dalam organisasinya. Salah satu yang terlihat sangat jelas ada pada PT. Fast Food Indonesia yang lebih dikenal sebagai KFC Indonesia yang empat bulan lalu menggandeng Marcella Dewi sebagai Chief Marketing Officer. Beliau pernah bekerja di Sony Music dan juga brand-brand ternama seperti Coca Cola.
McDonalds pun melakukan langkah yang sama. Julia Vander Ploeg didaulat untuk masuk ke dalam tim digital dan hiburan mereka. Julia sebelumnya adalah petinggi di Ticketmaster dan punya koneksi yang kuat di jaringan bisnis hiburan. Dikutip dari CNBC, CEO McDonalds, Don Thompson, mengutarakan visi kedepan McDonalds untuk memperbanyak interaksi terhadap pelanggannya melalui medium digital dengan mengambil pendekatan melalui musik dan hiburan.
Selain itu, beberapa head hunter juga tengah aktif untuk mencarikan kandidat yang akan ditempatkan pada tim ahli musik buat perusahaan restoran cepat saji tersebut. Dari berbagai sumber, mereka tengah mengkaji sebuah sistem yang baik demi keseriusan memberikan musik dan hiburan yang pas sebagai pendorong penjualan makanan. Isu yang terkait adalah juga untuk membuat channel distribusi ini bekerja secara maksimal dan profesional. Karena ketika ada satu channel distribusi hadir terlalu dominan, dikhawatirkan akan terlalu berkuasa untuk menentukan produk lagu atau album apa yang pas buat dipasarkan. Padahal kan bisnis restoran cepat saji pada hakikatnya adalah jualan makanan dan bukan sebagai penentu lagu yang seperti apa yang cocok di pasar.
Values Musik Dan Bisnis Yang Baik
Memang tak lazim, sekali lagi, untuk menjajakan CD musik melalui gerai restoran cepat saji. Idealisme menjadi tantangan yang musti ditundukan agar dapat berkompromi demi kepentingan bisnis. Menurut berbagai sumber, agar dapat musiknya didistribusikan lewat channel ini, musisi atau produser rekaman harus rela menyokong brand restoran tersebut dengan menjadi bintang iklannya. Ekploitasi terhadap imej dan juga musik juga harus direlakan sebagai nilai tukar visibilitas musiknya di gerai-gerai restoran cepat saji tersebut meski terkadang tanpa ada deal sponsorship.
Tompi adalah salah satunya yang memperdebatkan distribusi lewat restoran cepat saji. Meskipun dia mengakui jika distribusi melalui restoran cepat saji adalah salah satu cara untuk menekan arus peredaran CD bajakan.
Silahkan saja memperdebatkan, setidaknya dalam minggu ini ada dua peluncuran album baru yang diedarkan lewat restoran cepat saji. Pertama adalah album baru D’Masiv yang dirilis lewat Texas Fried Chicken dan yang kedua adalah album solo kedua Pongki yang mengajak beberapa musisi lainnya yang dirilis di Kentucky Fried Chicken. Denger-denger, album terbaru Tulus juga akan segera mudah didapat lewat restoran cepat saji.
Soal rasa ayamnya silahkan diadu. Hal yang jelas adalah para restoran cepat saji ini melihat nilai (values) dari musik yang mampu mendongkrak penjualan makanan mereka dan loyalitas pelanggan. Meskipun tetap saja, jualan musik bukanlah yang utama bagi mereka.
Sekarang tinggal bagaimana musisi dapat berkompromi untuk menurunkan sedikit idealisme dan menciptakan hubungan bisnis yang harmonis lewat nilai musik yang mereka punya. Ingat bagi pebisnis musik, ketersediaan produk musik yaitu CD di pasaran musti terjaga dan promosi yang efektif juga harus ada. Siapa tau ada yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bisnis bersama.
Distribusi itu penting untuk penjualan fisik CD, Resto Cepat Saji yang menyediakan koleksi Album musik harus menjaga jumlah koleksi/judul Album yang dijual. Kalau terlalu banyak, bakal seperti toko CD beneran. Sekitar 5 – 8 judul lah mungkin masih belum terlalu banyak. #OMHO 😀