Belajar Bisnis Musik Lewat Aplikasi Musik: Music Inc

My name is Widi Asmoro.

bisnis-musik-music-inc

Bisnis musik ternyata nggak terlalu rumit kalau dipelajari dengan cara yang seru. Bahkan kini sudah ada simulasi untuk menjajal diri sebagai pebisnis musik yang menjalankan perusahaan rekaman.

Terimakasih kepada mas Oon Arfiandi yang membawa gue ke aplikasi Music Inc. Aplikasi ini dapat diperoleh gratis di Google Play Store dan iTunes Apps Store. Dirilis awal tahun 2014 dan dibuat di Inggris  atas inisiasi dari UK Music, the Intellectual Property Office dan Aardman Animation.

Simulasi Menjadi Wirausahawan Musik

Gue cukup puas (serta penasaran) untuk memainkan Music Inc ini. Bagaimana tidak? Disini gue diposisikan sebagai wirausahawan musik yang membangun karir dari seorang musisi atau grup musik yang gue rasa memiliki potensi untuk dikembangkan lebih jauh. Tentu saja disini gue diberi modal minim untuk bisa menaikkan popularitas si musisi sekaligus melipatgandakan modal dari investor gue.

Lewat aplikasi Music Inc ini juga disimulasikan bagaimana proses menentukan format rilisan album dan apa yang akan terjadi saat dilempar ke pasar. Kecakapan kreatifitas, emosional, serta daya tarik dari musisi atau grup band ini harus dipertimbangkan masak-masak saat ingin membuat aktifitas seperti tur atau masuk studio rekaman. Uniknya, faktor produk yang dibajak pun menjadi tolak ukur apakah musisi atau grup musik yang sedang digarap ini sukses masuk chart dan menghasilkan uang atau tidak.

Selain itu, layaknya industri musik yang nyata, faktor intensitas promosi, menggunakan jasa publisis hingga mengubah penampilan juga diperhitungkan. Jangan kaget jika tiba-tiba dapet uang banyak karena rajin bekerjasama dengan publisis hingga lagunya bisa dipakai sebagai jingle iklan. Faktor lain seperti kebakaran atau akuntan yang lalai juga dimasukkan disini sebagai elemen antagonis.

Aplikasi Musik Nggak Melulu Tombol Play

Ini baru namanya aplikasi musik yang nggak mencoba menjadi ‘the next iTunes’ atau ‘the next Spotify’. Loe nggak bakal dengerin lagu beneran disini. Artis-artis yang digarap pun fiktif meskipun namanya ada yang mirip dengan karakter di dunia nyata.

Saat berbincang dengan mas Oon yang kebetulan pengembang dari 7 Langit, kami sepakat bahwa aplikasi semacam ini perlu ada di Indonesia. Karena banyaknya aplikasi musik yang rasanya seperti berganti baju saja tidak membuat industri musiknya semakin baik. Investasi untuk membuat ekosistem penyedia download ataupun streaming musik baik itu secara infrastruktur maupun lisensi bukanlah uang sedikit.

Kreatifitas semacam ini perlu digiatkan lagi. Di Indonesia sebetulnya sudah ada aplikasi musik yang tidak sekedar tombol play. Contohnya Kuassa yaitu sebuah VST plug in buatan anak Bandung yang juga sempat menyabet penghargaan di Jepang. Lalu juga ada Appsterize yang mencoba menjadi mobile press kit buat musisi.

Mari Berkolaborasi

Untuk itu rasanya kolaborasi adalah hal yang mutlak saat ini. Gue berdoa semoga temen-temen di label atau yang memegang hak cipta untuk karya musik mau berkolaborasi dengan para pengembang aplikasi musik. Karena kemajuan musik nantinya hanya akan timbul jika kita berkolaborasi.

Yang mudah saja dahulu kolaborasinya seperti menghadirkan pusat data katalog musik Indonesia. Terus terang sampai saat ini tidak ada sumber resmi yang mutlak yang semua orang bisa akses seperti All Music. Atau sekedar memberikan edukasi seperti hak-hak musisi dan apa dampak ekonominya. Itu malah lebih bermanfaat dibanding sekedar gugat menggugat lapak bajakan. Jika menggugat lapak bajakan itu dianggap obat, berarti bisa dong dicegah sebelum kejadian dengan memberikan pengertian tentang pentingnya menjaga hak cipta.

Satu hal lagi, di luar negeri sudah banyak beberapa perusahaan rekaman berani menaruh investasinya di perusahaan teknologi. Contohnya Warner Music yang bekerjasama dengan Deezer untuk menciptakan berbagai macam playlist terkurasi. Atau aplikai Music Inc ini yang digagas oleh pemerintah Inggris beserta jajarang industri musik di Inggris. Jika ditarik lagi ke Indonesia, kita pun punya potensi untuk itu. Bukan hanya potensi dari segi populasi tetapi juga sumber daya manusianya yang punya kreatifitas. Kuncinya ada di kolaborasi.