Atlesta mungkin tak banyak orang yang tau bila mereka adalah band asal kota Malang, Jawa Timur. Musik mereka terlalu urban untuk ditanggap di kota yang terkenal cadas. Tetapi cara mereka memasarkannya membuat gue merasa wajib memberikan tempat di blog Music Enthusiast ini untuk mengupasnya lebih dalam dan berbagi kepada loe semua.
Yang Membuat Gue Tertarik Dengan ATLESTA
Atlesta adalah Fifan Christa Yohana, sang mastermind dan konseptor band, yang bersama kawan-kawannya mengusung musik berirama chill RnB. Gue gak mereview tentang album keduanya “Sensation” disini. Biarkan media lain yang lebih mumpuni untuk mereviewnya. Gue cukup bilang, gue suka dengan album ini secara keseluruhan.
Ketertarikan gue pada Atlesta adalah bagaimana band ini dengan gigih membangun cerita yang menjadikan dasar untuk orang-orang menyukai Atlesta. Meskipun mereka dari kota Malang yang sering terhalangi oleh besarnya Surabaya di Jawa Timur, mereka serius menyodorkan musik yang pasarnya justru lebar sampai ke luar negeri. Cara mereka mengenalkannya adalah dengan merilis teaser lagu-lagu yang ada di album lengkap dengan visualnya. Cek aja disini http://youtu.be/7yQ_pv6RlxI untuk mendengarkan snippet lagu-lagu dari album Sensation. Lalu kegiatan standar rilis album juga dilakukan seperti press conference dan media hearing. Atlesta juga menggelar gigs rahasia yang hanya para pembeli albumnya yang dapat mengetahui lokasi dimana gigs itu digelar. Jadi bikin penasaran kan?
Konsistensi cerita yang dipegang teguh dari Fifan terasa banget dari cara ia mengkomunikasikan album Sensation ini: KEINDAHAN. Ia mensimbolisasikan itu dengan bunga dan wanita. Sosok Fifan yang juga vokalis Atlesta teramat minim ditampilkan. Sepertinya ia sadar betul bahwa yang menjual dari album ini adalah keindahan itu tadi. Dari visualisasi dan warna-warni khas hipster yang kekinian ditampilkan konsisten dengan visual video yang mereka sebar lewat sosial media. Hal yang senada hadir juga di packaging album sophomore mereka. Jangan berharap loe bisa nemu foto Fifan dalam kemasan albumnya. Gue saja sempat terkecoh berpikir kalau Atlesta adalah nama cewek penyanyinya.
Menciptakan Pasarnya Sendiri
Gue berkesempatan untuk bertanya langsung dengan Fifan setelah diperkenalkan kolega musik kota Malang, bung Samack. Lewat whatsapp ia menuturkan konsep yang disodorkan di album ini merupakan paket penuh 12 lagu yang bercerita secara dewasa tentang kekaguman atas ciptaan Tuhan yang sangat indah dengan balutan sensualitas dan kata-kata yang tanpa basa-basi. Fifan secara hati-hati membungkus ini dalam kemasan yang mewah meskipun nilai sensual nya tetap ada. Ia memikirkan secara detil bagaimana brand identity dari album ini dapat sampai ke masyarakat lewat issue-issue yang diangkat.
Persaingan rilisan musik yang ada sekarang membuat orang dimudahkan dengan pilihan untuk musik apa yang mau didengar. Buat Fifan ini merupakan tantangan untuk menampilkan Atlesta kepermukaan. Apalagi mengingat kota Malang sangat identik dengan musik keras sedangkan Atlesta bukan. Fifan sudah semenjak album pertamanya berusaha membangun pasarnya sendiri. Lewat gigs atau event yang dikemas untuk menampung penikmat musik sajian Atlesta acap dilakukan. Apalagi dengan gimmick ‘pesta rahasia’ dan yang ngundang cewek model yang cuantik, cara ini dibilang cukup berhasil untuk menumbuhkan skena musik lain di kota Malang.
Fifan mengakui album yang dirilisnya pada bulan September 2014 ini sudah laku terjual 500 keping CD. Dan untuk digitalnya menurut laporan dari iTunes sudah laku 14 album download. Angka yang menurut gue sangat bagus sekali untuk ukuran band bukan dari ibu kota dan bergerak secara swadaya. Konsistensinya untuk melemparkan issue-issue ke media yang menurut Fifan sebagai kunci sukses diterimanya album ini.
Memasarkan Musik Dengan Cerdas
Gue udah lama tidak menemukan rilisan lokal yang dipikirkan secara tajam konsep marketingnya. Atlesta tidak mengandalkan ‘air-blocking’ atau ‘memaksa’ semua orang untuk mendengarkan lagu pada jam tertentu karena diputar serempak di sekian ratus radio. Yea yea.. mungkin cara gitu efektif untuk disrupt tapi ketika udah sering dilakukan oleh semua band yang rilis single kayaknya udah gak efektif deh. Harusnya dipikirin juga orang masa kini udah punya media alternatif lain. Tinggal ganti channel atau media aja kalo nggak suka lagunya dan promosi pemutaran serempak loe jadi gak efektif. Dan apalagi jika loe band baru yang rilis single terus loe bikin blocking tanpa alasan orang untuk menyukai loe lebih dahulu. Makan tuh budget gede tanpa hasil.
Cara yang dilakukan Atlesta diakui oleh Fifan memang berat, terutama dari segi biaya yang mana ia tanggung sendiri. Tapi balik lagi, yang dijual Atlesta adalah keindahan. Dan harusnya untuk mencintai keindahan itu juga tidak mengkangkangi intelejensia manusia dengan hook repititf yang cheesy serta tampilan seronok yang malah murahan macam “Sakitnya Tuh Disini”. Meski itu dibilang itu cara mudah mendapatkan keuntungan secara cepat tetapi Fifan yakin caranya yang berbeda akan membuat orang jatuh cinta lebih lama dengan produk musik yang ditawarkannya.
Atlesta dengan cara marketingnya ini lebih cocok dibilang membujuk ketimbang memaksa agar orang mau mendengar karya mereka, menerima musiknya dan tentu saja jatuh cinta kepada brand Atlesta itu sendiri. Karena jika sudah cinta dengan brand nya, mau produk apa aja yang dikeluarin kayak CD, digital baik itu download atau streaming, mug, tee’s ataupun event dengan bintang tamu Atlesta pasti dikejar.
Silahkan dengarkan #MixRadio Atlesta disini: http://mixrad.li/atlesta
One Comment
Comments are closed.