Buat pecinta musik, anggaran belanja untuk musik pastinya sudah dialokasikan tiap bulannya. Rilisan-rilisan baru yang kerap hadir baik fisik ataupun digital, konser artis yang sayang dilewatkan hingga anggaran untuk berlangganan layanan musik streaming adalah hal-hal yang menjadi pengeluaran para pecinta musik. Penggiat industri musik tentunya pengen tau kan, pada sektor manakah pecinta musik gemar menghabiskan uang belanjanya. Laporan dari Nielsen berikut layak disimak.
Boros Karena Konser
Laporan Nielsen yang dirilis awal tahun 2015 ini menyebutkan bahwa orang Amerika mengeluarkan rata-rata $109 per tahun untuk belanja musik.Dan dari laporan ini terlihat bahwa kebanyakan uangnya dibelanjakan untuk menonton pertunjukkan musik, baik itu menonton konser skala besar atau festival dengan bermacam-macam artis hingga pertunjukkan musik skala kecil (gigs). Hampir separuh uang belanja untuk musik dihabiskan untuk ini dengan menonton konser skala besar menyedot 35% dari uang belanja.
Dari laporan Nielsen ini juga dapat dilihat kalau pengeluaran untuk membeli CD musik ataupun produk fisik lainnya hanya 14.5% dari total uang belanja untuk musik dihabiskan para pecinta musik. Sedangkan belanja untuk musik digital baik itu album atau lagu satuan hanya 15%. Selisih tipis antara fisik dan digital. Sedangkan untuk berlangganan baik itu lewat langganan radio satellit atau berlangganan layanan musik streaming hanya menghabiskan 11% dari belanja tahunan pecinta musik.
Yang lebih menarik lagi, Nielsen menyimpulkan bahwa pecinta musik yang doyan nonton pertunjukkan musik atau festival-goers ternyata lebih royal menghabiskan uangnya untuk beli produk fisik lain seperti CD, Kaset, Vinyl hingga berlangganan streaming. Bisa jadi menonton konser mendorong untuk membeli produk musik yang lain atau bisa juga sebaliknya.
Industri Musik Bukan Hanya Jualan CD dan Kaset ataupun download
Jelas banget kan, kalau industri musik bukan hanya jualan CD dan Kaset saja. Tetapi banyak hal lain yang juga menjadi sumber penghasilan dari berbisnis musik. Apalagi jika melihat laporan ini, musisi-musisi yang hanya jago di rekaman studio bakalan tergeser arus dengan musisi-musisi yang gape menampilkan pertunjukkan musik yang menarik diatas panggung.
Pengalaman para pecinta musik menikmati musik lebih dihargai lagi dengan menyaksikannya langsung. Dan karena konser atau gigs sifatnya unik dan selalu berbeda ditiap saat, pecinta musik mau bayar lebih. Format musik fisik menjadi bentuk memorabilia yang tangible dari pengalaman menonton musik langsung. Atau juga bisa jadi teaser untuk pertimbangan apakah pertunjukkan live nya patut ditonton atau tidak.
Berlangganan radio satelit ataupun layanan streaming memanjakan para pecinta musik dengan memberikan banyak pilihan lagu tanpa mengeluarkan uang banyak. Berlangganan layanan streaming yang rata-rata per bulannya sekitar $4.99 menjadikan pertimbangan yang murah dan hemat untuk kebutuhan hiburan. Dan pilihan berlangganan musik bagi para pecinta musik juga harus menjadi pertimbangan dalam kita menyusun rencana bisnis musik.
Musisi Indonesia Juga Bisa
Meskipun laporan Nielsen ini menganalisa pasar Amerika Serikat karena kita di Indonesia belum punya analisa yang seperti ini, tetapi gue optimis tren nya akan sama. Secara logikanya pengalaman menonton musik secara langsung adalah hal teristimewa yang ingin dirasakan oleh para pecinta musik. Yang gue lihat cukup bisa dijadikan contoh di Indonesia adalah kehadiran Teater JKT48 di FX Mall sejak 2 tahun lebih dan masih saja ramai pengunjung.
Pecinta musik Indonesia bukan melulu doyan yang gratisan. Kalau memang layak untuk dibeli pastinya mereka tak segan-segan mengeluarkan uang untuk artis kegemarannnya. Gue sudah melihat potensinya. Dan gue yakin kebanyakan loe juga melihat hal yang sama.
Penampilan live juga sama pentingnya dengan kualitas rekaman musik. Terlihat berat tetapi ganjarannya dong, kesuksesan dan kecintaan dari para penggemar. Yang nantinya itu bisa dijadikan uang. Yah kalau memang loe serius yah untuk menggarap musik bukan sekedar hobi tetapi bisnis beneran.