Tantangan sepuluh tahun mendorong saya menulis ini. Apa saja yah yang telah terjadi pada saya selama sepuluh tahun? Apa saja yang berubah? Apa saja yang tetap?
Retrospektif ke sepuluh tahun silam, saya masih di Indonesia dan masih baru mengenal ‘dunia baru’ hingga ke masa sekarang yang juga ternyata masih terasa baru buat saya. Yuk kita mulai dari hal yang mendasar buat saya yaitu keluarga.
Mendapatkan tanggung jawab sebagai kepala keluarga, seorang ayah dan suami sempat membuat saya kaget. Saya baru memulai kehidupan berumah tangga selama satu tahun di 2009. Kami dikaruniai seorang putri dan saat itu masih tinggal bersama orang tua saya di Jatiwaringin. Banyak hal yang dulu biasa saja dilakukan sendiri dan kini tidak bisa lagi. Waktu kumpul bareng temen juga dikurangi karena ada yang menanti di rumah. Kami pun sempat ‘memaksakan’ diri untuk melengkapi kebutuhan kami, membeli mobil dan juga untuk tinggal mandiri. Saya ingat masa-masa mengontrak di rumah petak yang tiap hujan atapnya selalu membagikan rezeki air kepada kami di bawahnya. Indah betul! Kini kami bermukim di Singapura bersama dua putri kami, masih tetap mengontrak namun kini tidak punya kendaraan pribadi. Syukurnya Singapura punya sistem transportasi yang sangat baik sekali.
Dunia baru lainnya adalah pekerjaan. Selama sepuluh tahun saya sempat bekerja untuk lima perusahaan. Dari perusahaan konten, media televisi nasional, perusahaan pembuat handphone asal Finlandia, perusahaan software perkantoran nomer wahid hingga perusahaan penyedia layanan chatting. Kini mengabdikan kreatifitas saya di perusahaan yang berlambangkan buah Apel. Kalau diingat-ingat, dulu awal 2000-an ketika masih jadi pegawai magang di label musik nomer wahid di Indonesia, saya sempat punya keinginan untuk menguasai tiga hal sebelum kembali lagi ke musik. Tiga hal itu saya dapatkan dengan cara kuliah lagi atau bekerja di perusahaan yang fokus di bidang tersebut. Tiga hal itu adalah soal media, teknologi dan soal bisnis musik internasional. Lah kok sekarang semuanya bisa didapat. Mashaallah!
Untuk soal kesehatan, dalam kurun waktu sepuluh tahun ini saya sempat terkena serangan asam urat dan dirawat di Rumah Sakit. Namun setahun belakangan saya menjaga pola makan, aktif berolah raga dan juga rajin kontrol ke dokter untuk memantau kadar trigleserin dan juga kesehatan saya pada umumnya. Alhamdulillah sehat dan berat badan bertambah.
Yang masih tetap sama adalah iman Islam. Saya merasa Allah selalu mendengar do’a saya dan menjaga saya dari perbuatan keji dan mungkar. Berkesempatan untuk melakukan umrah beberapa tahun silam bersama Vee menjadi titik tolak saya untuk lebih mendekatkan diri pada Nya. Ada satu pesan dari Ustad Abah yang saya ingat yaitu,
Hidup ini bukan cuma soal pekerjaan dan mencari duit, tetapi hidup ini soal mencari ridho Allah dan memancing rezeki dari Nya.
Saya kira waktu itu Ustad Abah lagi melantur karena waktu dia sampaikan pas saya lagi makan malam duduk di sebelah Ustad Abah dan sedang tidak bertanya apa-apa.
Tapi ya itulah. Allah selalu hadir di setiap nafas kita. Dalam keadaan apapun, Ia menyampaikan pesan-Nya lewat cara-cara dan waktu-waktu yang tidak diduga. Semoga kita semua selalu dalam bimbingan Nya dan diberikan kemudahan untuk mengikutinya. Amiin!