My name is Widi Asmoro.
Mengecek waktu yang berlalu.

Perjumpaan dengan beberapa orang di minggu lalu membuat saya merenung akan usia saya yang tidak bertambah muda.

Gadis muda dengan mata berbinar dan penuh semangat menapaki karirnya di industri musik. Penuh tanya, penuh harap. Di usia mereka yang belum dua puluh sangat menjanjikan untuk melangkah lebih jauh. Mendalami khasanah seni yang bervariasi. Mencoba aksi dan menarik atraksi. Olah vokal dan gerak visual menambah janji langkah kesuksesan tadi.

Hingga pecah khayal saya, ketika mereka bertanya, “Penting nggak sih mengerti bisnis musik?”

Saya sudah menyukai musik semenjak sekolah. Biasanya setiap pulang sekolah akan mendengarkan radio Terminal Musik Indonesia dan merekam lagu-lagu yang saya suka, lengkap dengan suara penyiarnya di awal lagu. Lalu mengkoleksi kaset-kaset dari artis kegemaran. Menyalin kembali lirik-lirik lagu di belakang buku catatan sekolah. Lanjut mendalami dengan kursus musik dengan instrumen drum. Ngeband sana-sini sampai bermalam di studio musik di Pangkalan Jati. Hingga dapat kerjaan di sebuah label rekaman internasional di Indonesia.

Memasuki usia dua puluh lima tahun, rasa saya berat untuk membuat hobi bermusik tadi untuk menjadi suatu yang menghasilkan. Untungnya sih saya masih bekerja di industri musik juga, jadi masih bisa terus bergelut dengan suatu yang saya sukai. Dan disinilah perubahan itu bermula. Saya tak lagi bermalam di studio dan mengulik Cakewalk, Fruity Loops atau mengutak-atik GrooveBox lagi. Lebih banyak baca jurnal MusicWeek, merangkum kitab hukum bisnis musik dari Don Passman dan kuliah komunikasi lagi. Tuntutan bekerja dan berpenghasilan mengubah tujuan tadi. Tapi saya selalu yakin akan tiga hal buat saya terus berkarya di industri musik ini: mengerti musik, punya pengalaman di industri yang berkaitan teknologi dan menguasai ilmu komunikasi.

Alhamdulillah, lebih sepuluh tahun berlalu saya sudah mengantongi penghargaan sebagai pegawai terbaik di perusahaan musik internasional, kuliah lagi ambil ilmu komunikasi, dipercaya bekerja di perusahaan teknologi tinggi hingga hijrah ke Singapura.

Kini saya kembali untuk belajar tentang teori-teori dasar musik. Katanya tidak ada kata terlambat selama bisa konsisten. Saya ingin bisa kembali menyampaikan pesan saya lewat lagu dan suara. Ingin bersedekah lewat musik.

Mereka masih muda, masih punya kesempatan. Tinggal kembali lagi ke mereka untuk bertanya kepada diri mereka sendiri, “Tujuan saya bermusik apa?” Kalau saya dulu memilih mendalami bisnis musik karena itu yang saya yakin dapat memberikan penghasilan yang layak. Meskipun pilihan selalu ada. Misalkan bekerja sama dengan orang lain yang lebih mengerti bisnis dan kita fokus berkarya. Atau sebaliknya.

Usia saya tidak lagi muda. Saya kagum dengan semangat oom Rull Darwis yang bersahaja dan giat bermusik sampai ke pelosok negeri. Saya harus punya semangat seperti itu. Sekarang banyak belajar dulu.

Sang pemilik waktu semoga bermurah memberikan umur buat saya untuk dapat bersedekah lewat musik.