Saya banyak sekali belajar dari Launa dan Jyoti dengan sikap mereka sehari-hari. Belajar apa yang dipikirkan oleh anak, apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka aspirasikan.
Belajar disini juga dengan mencoba memahami dalam bahasa mereka. Kadang mereka tidak mau mengutarakannya langsung. Sering kali mereka takut. Jadi sebuah seni tersendiri untuk tahu maksud dari apa sikap yang mereka siratkan.
Belajar juga untuk dapat membuka diri saya sendiri. Karena buat saya berkomunikasi juga bukanlah hal yang mudah. Meskipun kuliah jurusan komunikasi, bukan berarti saya sudah ahli. Ada hal-hal yang selalu menarik setiap harinya yang diperoleh dari berkomunikasi.
Belajar juga untuk tetap sabar. Apalagi dengan polah mereka setiap hari yang juga memacu saya untuk melatih kesabaran agar dapat membina mereka setiap hari. Setidaknya saya sekarang sudah berusaha untuk tidak mendahulukan emosi amarah dan kesal ketika mendiskusikan sesuatu dengan anak.
Belajar ketika kami dirundung masalah yang harus dipecahkan bersama. Saya selalu anggap Launa dan Jyoti sudah bisa bertanggung jawab dengan keputusannya sendiri. Saya bimbingnya dari belakang. Terkadang saya lengah tapi saya berusaha untuk mengejar dan menuntunnya kembali.
Belajar dengan berbagi pengalaman saya sendiri kepada mereka. Agar mereka bisa mengambil hikmah kalau Ayahnya juga cuma manusia. Belajar juga dari pengalaman orang-orang sukses. Agar mereka bisa terinspirasi dan punya kreasi atas apa yang mau dicapai. Belajar juga dari kegagalan. Agar juga menjadi pelajaran bahwa gagal juga adalah bagian dari proses belajar.
Hidup ini adalah belajar. Lingkaran-lingkaran pagi ke siang menuju malam dan hingga pagi lagi adalah kesempatan untuk belajar. Kesalahan hari ini adalah juga sebuah pelajaran untuk tidak diulang lagi hari esok. Dan juga belajar bahwa penyesalan jangan dibawa berlarut-larut. Harus punya solusinya. Meski retak, kami harus menjaganya agar bisa erat kembali.
photo by Vee Asmoro.