Pada sebuah interview di tahun 2002, David Bowie sudah memprediksikan bahwa musik akan seperti listrik dan air, mengalir terus sampai jauh.
Interview yang saya baca dari The New York Times ini juga menceritakan Bowie rupanya sudah mempunyai perusahaan teknologi sendiri, Ultrastar. Lewat Bowienet ia menyediakan jasa internet dan untuk para pelanggannya sekaligus memberikan akses eksklusif untuk lagu-lagu barunya, foto-foto, video-video selain dari fasilitas layanan surel dan juga ruang maya untuk membuat website. Ia sudah memikirkan konsep berlangganan untuk produk kreatifnya jauh sebelum Spotify dan Netflix muncul kepermukaan.
Hal yang serupa juga dilakukan oleh Prince dengan membuat NPG Music Club, komunitas online yang hanya bisa diakses jika berlangganan. Namun sayang, keduanya hadir saat pasar belum siap. Eksperimen ini pun akhirnya berhenti beberapa tahun kemudian. Mungkin karena pasar yang belum siap saat itu.
Maju ke masa kini. Konsep membeli musik dengan membeli kaset atau CD perlahan ditinggalkan. Generasi baru merasa dipermudah mendapatkan musik lewat internet. Beragam cara menikmati musik dari mengunduh satuan atau dengan berbagi lewat jaringan peer-to-peer.Cara menikmati musik yang terkini adalah dengan berlangganan lewat streaming.
Artikel di Music Businees Worldwide mengklasifikasikan penawaran berlangganan ke dalam tiga kelas:
- Mass-market & fokus ke fungsional. Contohnya: Spotify, Apple Music, Amazon Music dan juga YouTube Music.
- Genre & geografi fokus. Contohnya: IDAGIO yang fokus di musik klasikal, Gimme Radio yang fokus di musik metal, atau yang fokus pada spesifik regional geografi tertentu seperti Saavn di India, Melon yang popular di Korea dan beberapa negara lain di Asia serta Tencent Music.
- Artist, label dan kurator. Contohnya: Patreon dan Bandcamp. Beberapa label independen seperti Tiny Engines, Topshelf Records dan Stone Throw Records juga telah memulai konsep berlangganan.
Terima kasih internet! Berkatnya mempermudah distribusi dan semakin mempererat kedekatan dengan para penggemar. Jumlah musik yang dirilis per hari pun semakin banyak karena didukung oleh kemudahan perangkat rekam dan akses ke spesialis rekaman.
Untuk kelas terakhir, premisnya adalah buat apa membayar sekian rupiah untuk sekian puluh juta lagu yang tidak semua bisa didengarkan jika bisa membayar lebih murah untuk mendengarkan hanya artis kesayangan. Ditambah lagi akses eksklusif untuk konten lainnya, membeli tiket pertunjukan dengan harga istemewa atau kesempatan bertemu langsung dengan si artis.
David Bowie dan Prince sudah melihat fenomena ini jauh sebelumnya. Masyarakat juga sudah mulai terbiasa dengan konsep berlangganan. Ketersediaan musik juga banyak sekali saat ini dan penggemar musik hanya punya waktu terbatas untuk mencoba-coba hal baru. Bukan tidak mungkin untuk membangun layanan berlangganan sendiri. Bisa dicoba!
Tulisan ini terimspirasi dari buku Subscribed!