Tempo hari, seorang pembicara dari acara bincang-bincang yang saya ikuti bilang begini.
“Apapun yang terjadi pada kita sekarang, baik senang ataupun susah, haruslah kita syukuri. Karena paling tidak, kita sudah diberikan kesempatan untuk mencoba.”
Bersyukur dan kesempatan bisa jadi dua hal yang kerap saya lupakan dalam berusaha. Gak sengaja sih. Tapi sering banget kalau sudah berusaha menyelesaikan satu proyek, lalu ternyata gagal, saya jadi marah. Tidak terima. Kesel-kesel terus misuh-misuh.
Saat saya dengar kalimat tadi, saya jadi merasa tertampar sendiri. Berapa banyak waktu yang saya sia-siakan untuk marah-marah? Berapa banyak energi yang saya buang untuk misun-misuh? Si pembicara cukup tenang dan termasuk sukses dalam karirnya. Jika diperhatikan, orang-orang sukses seperti dia juga memegang nilai-nilai yang sama.
Balik lagi ke diri saya. Padahal sih harusnya saya tidak terlalu merisaukan kegagalan. Namanya juga usaha. Malah kalau dipikir-pikir lagi, kegagalan adalah sebuah kesempatan untuk melakukan lagi dan memberikan yang terbaik. Apakah dengan marah-marah bisa lebih berguna dan menyelesaikan masalah?
Praktek meditasi yang saya lakukan melatih diri untuk dapat berpikir jernih dan tidak larut dalam gejolak ambisi. Boleh-boleh saja punya ambisi tapi harus dalam takaran wajar. Dengan melihat segala usaha beserta gagal ataupun sukses sebagai sebuah kesempatan belajar membuat saya jadi bersabar. Ini catatan buat saya agar selalu dapat bersyukur untuk segala kesempatan yang ada.