My name is Widi Asmoro.
Mengenal sosok Jesus dari naskah-naskah religi Yahudi, Kristen dan Islam.

Buku yang saya pinjam di hari terakhir di penghujung 2019 ini cukup membuka mata saya tentang Jesus atau dalam Islam dikenal dengan nama Nabi Isa as.

Buku yang ditulis oleh Mustafa Akyol, kolumnis di New York Times, ini memadukan kisah-kisah yang didapat dari naskah-naskah religius ataupun naskah-naskah penunjang lainnya dari tiga kepercayaan: Yahudi, Kristen dan Islam. Mustafa sangat detil untuk merangkaikan dan membandingkan naskah dari satu kepercayaan ke kepercayaan lainnya. Sebagai contoh, di bab pembuka buku ini ia menceritakan bagaimana ia tertarik untuk mendalami kisah Jesus. Dimana suatu ketika ia mendapatkan secara cuma-cuma Gospel dari seorang misionaris di jalanan. Ia membacanya atas dasar keingin tahuan dan terkejut ketika membaca satu kalimat dari Epistle of James 4:13-17, 

“Come now, you who say, “Today or tomorrow let’s go into this city, and spend a year there, trade, and make a profit.” Whereas you don’t know what your life will be like tomorrow… You ought to say, “If the Lord wills, we will both live. and do this or that.”

James 4:13

Kalimat ini serupa dengan ajaran di Islam yang terdapat di Al-Qur’an, “Insha Allah”.

Keterkejutannya ini mendorong ia untuk melakukan riset lebih lanjut dan ia paparkan dalam buku ini. Saya sangat menikmati alur cerita yang ia buat sehingga dalam waktu dua hari buku setebal sekitar 200 lembar ini saya selesai baca. Ia cukup berhati-hati dengan mengutarakan bahwa sebagai penulis buku ini ia adalah seorang muslim. Dan ia tidak mencari pembenaran atas kepercayaan mana yang benar dan lebih kepada melihat fakta yang tertulis pada naskah-naskah dari jaman dahulu tentang Jesus.

Saya membacanya dan merasa apa yang disampaikan Mustafa ini patut direnungkan. Terutama dalam menelaah apa yang tertulis di naskah religius apakah harus dipahami secara literal ataukah perlu digali lebih lagi terutama melihat konteks ketika naskah itu diturunkan/ada. Terus belajar dan bersikap tawadhu rendah hati serta mencari guru atau orang yang lebih ahli lagi untuk memahaminya. Lalu berserah diri semoga yang kita pahami ini bermanfaat bagi pribadi dan seluruh umat manusia.