Salah satu kegiatan baru yang saya lakukan setahun belakangan adalah bersepeda.
Pandemi Covid-19 membuat kita semua ‘terjebak’ di satu negara demi menjaga meluasnya penyebaran virus. Sejak Maret 2020, saya pun otomatis ‘melemarikan’ koper travel saya dan banyak berkegiatan di rumah atau sekitaran saja. Liburan pun diisi dengan berolah raga jalan kaki ke kawasan hijau taman MacPherson, menyusuri lintasan hiking Bukit Timah ataupun meminjam sepeda ride-sharing untuk keliling-keliling. Sampai akhirnya bulan Agustus saya memutuskan membeli sepeda lipat bermerk Iruka.
Sejak itu, saya banyak mengeksplorasi Singapura dengan bersepeda bersama istri atau teman-teman. Saya rasa Singapura cukup nyaman untuk bersepeda santai terutama dengan banyak ketersediaan trotoar sepanjang jalan dan juga jalur-jalur penghubung taman ke taman. Bersepeda bersama-sama itu seperti melepaskan penat. Biasanya kalau weekdays kami bersepeda untuk mencari tempat makan malam. Obrolan santai di momen-momen tersebut benar-benar dirindukan apalagi dengan situasi kerja sekarang yang berubah menjadi virtual. Memang kita adalah makhluk sosial.
Dalam setahun ini, saya sudah dua kali mengelilingi pulau Singapura. Suatu hal yang saya tidak pernah bayangkan bakal melakukannya. Total jarak sekitar 130 kilometer ditempuh dalam waktu 10-12 jam. Rasa capek ada tetapi rasa senang lebih banyak. Dan juga dalam setahun ini saya telah berganti-ganti sepeda meskipun Iruka tetap menjadi andalan karena bentukannya yang unik, mungkin di lain waktu saya akan bercerita lebih banyak tentang Iruka.
Di awal tahun ini, saya sempat cedera yang mengakibatkan absen bersepeda berminggu-minggu. Bulan Juni ini, sudah berangsur pulih dan mulai kembali bersepeda lagi. Saya masih punya satu rencana untuk mengunjungi tiang listrik nomer urut satu di Singapura yang letaknya di ujung pulau Singapura. Kabarnya, ini tempat spesial yang wajib dikunjungi para pesepeda. Mudah-mudahan nanti, Insha Allah.