Buat pedagang musik adalah hal penting untuk mengetahui bagaimana penggemar musik menemukan musik untuk mereka dengarkan dan kemudian dibeli. Kemampuan mengetahui hal ini dapat mempermudah menilai investasi yang keluar untuk sebuah produksi album atau single rekaman. Sehingga budget promosi akan lebih efektif dengan memfokuskan ke media yang tepat dimana penggemar musik tadi berkumpul untuk menemukan musik baru atau lama yang mereka suka.
Media berpromosi tersebut bisa media konvensional seperti TV dan radio atau yang lebih modern dengan memadukan teknologi dan internet. Pertanyaan yang sering timbul buat saya ketika menentukan media mana untuk berpromosi yaitu, It is nice if we can tap in to all media promotion but can we afford that?
Sebuah riset yang dilakukan oleh NPD Group bekerjasama dengan asosiasi industri musik di Amerika, NARM, mengupas bagaimana penggemar musik menemukan musik dan menentukan apakah mereka akan membeli atau tidak. Ini dapat membantu keputusan seorang music businessman untuk mengambil langkah.
Dari risetnya diketahui bahwa media radio mengambil tempat terpenting bagi penggemar musik untuk menemukan musik-musik baru baik dari artis yang sudah mereka ketahui ataupun dari artis yang benar-benar belum pernah mereka dengar sebelumnya. Radio ini media yang dapat dikonsumsi sambil lalu. Maksudnya, tidak perlu adanya interaksi atau fokus khusus untuk media ini. Sambil menyetir kita bisa mendengarkan radio tapi tidak bisa menonton TV. Sambil bekerja bisa mendengar radio tapi tidak bisa sambi menonton YouTube. Sambil istirahatpun dapat mendengarkan radio dan tidak perlu pikiran fokus seperti halnya saat membaca review album di majalah misalkan.
Meski radio mempunyai keterbatasan dalam menginformasikan atas lagu apa yang akan/sedang/telah dimainkan namun ini tidak mengubah sebagai tempat orang menemukan musik baru. ‘a missing dot’ ini bakal bisa teratasi dengan teknologi sound-tracker, aplikasi pengenal audio, macam Shazam. Radio juga mempunyai keterbatasan dengan daya jangkau yang terbatas akibat lebar frekuensi. Hal ini juga mulai teratasi dengan hadirnya teknologi streaming. Kolega saya Narendra asal Bandung mengaku kalau dia masih tetap mendengarkan siaran radio Bandung meskipun dia berada di Jakarta atau sedang memberi ‘kuliah’ di luar kota. Ia menggunakan aplikasi radio streaming Tune In Radio dari ponsel Nokia Lumia 800 nya.
Ada hal lain yang harus diperhatikan untuk media radio ini yang bisa menjadi hambatan. Radio punya kebijakan sendiri atas lagu apa yang akan mereka putar. Kebijakan yang dikontrol oleh seorang music director radio ini membatasi terlalu beragamnya musik yang masuk dan diputar di radio mereka. Jadi perlu diperhatikan apakah musik yang akan ditawarkan sesuai atau tidak dengan format radio sasaran. Meskipun mungkin saja sesuai format atau genre nya dengan radio sasaran, kadangkala perlu meyakinkan music director untuk meloloskan musik yang ditawarkan.
Walaupun radio tetap prioritas. Ada baiknya musik yang kita tawarkan juga dapat eksis diberbagai media. Terutama internet, media yang murah dan terjangkau untuk promosi. Website personal artis juga harus dipenuhi dengan informasi agar ketika ‘perjalanan’ penggemar musik mencari musik baru dapat bermuara di website tersebut. Selamat berpromosi!
sumber gambar: thenextweb
” Kerendahan hati Eet di industri musik Indonesia menjadi aroma harum yang selalu menyenangkan bila tercium.