98% Yang Band Indie Hadapi Adalah Masalah

My name is Widi Asmoro.

Punya karir sebagai band atau artis independent artinya harus bisa menggantungkan hidup pada kreatifitas dengan minimnya sokongan dana dari produser atau music label.

Band gue, Everybody Loves Irene, mampu melewatinya. Setidaknya untuk scenester indie, nama Everybody Loves Irene terasa tidak asing dan juga band ini pernah diulas di media-media besar Tanah Air dan juga manca negara.

Meskipun sudah hampir setahun absen dari panggung dan tidak mengeluarkan album baru lagi, rasanya posting lama ini masih relevan. Sementara situs http://www.EverybodyLovesIrene.com masih dalam inkubasi, gue hadirkan kembali posting dari situs lama ELI disini.

 

Sulit memang bila melepas tahun 2008 dengan tidak mengurai apa saja yang kami lakukan di tahun ini. Bersama band yang dirintis sejak tahun 1998 yang artinya sudah 10 tahun kebersamaan kami didalam keluarga Everybody Loves Irene tentunya bukan hal yang mudah dilupakan. Setelah di tahun 2007 kami bolak-balik Singapura dan Malaysia untuk memperkenalkan band kami dan album pertama “The Very First Thing You Must Learn About Flying is Gravity” hingga didaulat untuk jadi wakil Indonesia diajang band indie paling bergengsi di belahan Asia “BayBeats Festival 2007”, kami ingin sekali agar band kami juga mendapat sambutan yang sama di negeri sendiri. Maka sepulang dari BayBeats, kami bermimpi lagi untuk merilis album kedua dengan satu lagu berbahasa Indonesia.

Album kedua kami yang kami beri judul “On Second Thought, I Might Wanna Change Some Things” start recording pada Oktober 2007 di studio Soundmate Fatmawati dibawah panduan J. Vanco sebagai Music Director untuk album ini. Bukan proses yang singkat dan mudah terutama bagi kami yang mengandalkan kantong sendiri untuk produksi album kami. Belum lagi di awal 2008, vokalis kami Irene Yohanna harus menjalani operasi kista sehingga jadwal rekaman sempat mundur. Syukurlah, banyak teman-teman yang memberikan support dan membuat kami semangat menyelesaikan album ini dan siap diluncurkan ke publik bulan Agustus 2008. Ketika sampai saat-saat untuk merilis album ini, lagi-lagi kami mendapat bantuan terutama untuk distribusi peredaran CD dari label Demajors Independent Music Industry yang juga telah bekerjasama baik di album kami sebelumnya.

Permasalahan distribusi sudah ditangani lalu bagaimana dengan cara mengenalkan album ini ke khalayak luas? Mengingat kami hanya punya modal semangat dan kondisi keuangan kami sudah mepet banget untuk menggelar konfrensi pers selayaknya band-band yang merilis album terbarunya. Kami juga sadar banyaknya band baru bermunculan dan band lama yang merilis album baru dapat membuat album yang kami sudah siapkan untuk dinikmati khalayak luas hanya terongok di rak-rak toko CD tanpa sempat orang tau kalau kami merilis album. Kami tak ingin mimpi buruk itu terjadi, maka kami menyusun suatu rencana besar.

Thanks untuk penetrasi internet di Republik ini yang semakin meningkat di tahun 2008. Banyak orang semakin ‘sadar-internet’ sehingga kesempatan untuk mengenalkan album makin terbuka lebar meskipun dengan dengan budget minim (bukan tanpa budget). Apalagi kami sudah punya pondasi lewat jaringan pertemanan MySpace yang di tahun sebelumnya majalah Hai menobatkan kami sebagai salah satu band Raja MySpace di Indonesia.

Banyak sekali social network site baru yang bermunculan di tahun 2008 kami putuskan untuk fokus di salah satunya yaitu Facebook. Mungkin kami lah pioneer band Indonesia yang memanfaatkan aplikasi Facebook untuk mengenalkan album baru.

Aplikasi sederhana yang memberikan akses untuk mendengarkan serta mengunduh single perdana kami yaitu Rindu yang juga single satu-satunya berbahasa Indonesia yang kami punya sampai saat ini. Aplikasi ini digunakan oleh 492 pengguna Facebook dan mendapat kritik postif dari blog marketing Think.Web (Band Indie Juga Bisa Online Marketing –http://www.think.web.id/brain/everybody-loves-irene/ ) dan juga media cetak harian terkemuka, Kompas.

Tak melulu mengandalkan internet, kami pun berusaha interaktif dengan penonton pertunjukkan kami. Caranya adalah dengan membagikan single Rindu ke penonton pertunjukkan kami lewat transfer bluetooth ke handphone atau lebih dikenal dengan istilah bluecasting. Kami pun memilih tanggal baik dan hari baik 8 Agustus 2008 untuk turun ke jalan mengenalkan lagu Rindu. Dengan mengusung tagline “Sharing is not Stealing, Love is Sharing” tak hanya Jakarta yang kami serbu, kami pun pergi ke Bandung untuk aksi ini. Media cetak Bisnis Indonesia pun mengangkat aksi kami dalam artikelnya: http://web.bisnis.com/senggang/seni-…/1id72866.html .

Kata orang, bulan puasa adalah bulan istirahat buat bermusik apalagi jika band tersebut bukan band religi atau tidak punya lagu religi. Buat kami itu justru mematikan kreatifitas, puasa harus lebih produktif mengeluarkan ide-ide segar. Di bulan September kami bekerja sama dengan penulis cerpen yang juga sutradara, Fajar Nugros dan penulis muda berbakat Alanda Karizauntuk merilis cerpen klip, sebagai pengganti video klip karena kami tidak punya budget untuk bikin video klip. Cerpen klip berjudul “Bunuh Diri Massal 2008” ini terbilang fenomenal, menggabungkan dua sisi industri kreatif musik dan cerpen, dan mendapat antusias yang tinggi yang terlihat dari statistik pengunjung website http://bdm2008.everybodylovesirene.com yang mencapai 129.505 hit hanya dalam waktu sebulan. Dan ketika kami menggelar hajatan syukuran terima kasih buat para pembaca dan penulis side-storynya yang diadakan di Brewww Kemang, kami tak menyangka akan menyedot pengunjung hampir 500 orang. Padahal itu hajatan kecil-kecilan tanpa publikasi yang wah.

Album kedua kami pun tak luput diulas oleh Jakarta Post, Rolling Stone Indonesia, Hai, portal Detikhot.com, hingga majalah Time Asia. Selain itu, radio-radio pun gencar memutarkan single Rindu kami dan sempat nangkring diantaranya di chart Madama Makassar, Ardan Bandung, hingga di penghujung tahun 2008 ini meraih posisi #1 di chart Geronimo Jogja. Tak banyak memang radio yang mau memutarkan lagu kami akan tetapi ini sebagai satu langkah besar kami untuk dikenal di dalam negeri. Seiring itu pula, video klip Rindu pun mengudara di MTV Indonesia dan stasiun-stasiun TV lokal.

Tahun 2008 penuh dengan warna, diantaranya tahun ini lagi-lagi single kami masuk kompilasi luar negeri. Albumnya bertajuk “Half Dreaming – Asian Shoegaze Compilation” dan single kami yang turut didalamnya adalah “Love is So Strange (demo version)”. Band Indonesia lainnya yang hadir dalam album ini adalah Elemental Gaze, Perfect Angel dan Share Springs. Tahun 2008 kami juga menjadi band Indonesia yang membuka rangkaian program televisi Channel V : AMP Around Asia. Sungguh suatu kehormatan bagi kami. Album kedua kami juga dapat dibeli di iTunes untuk pasaran luar negeri dan untuk pasaran lokal ringbacktone nya dapat
diperoleh di Telkomsel, Indosat dan XL.

Kami ingat satu kalimat, “98% yang kita hadapi adalah masalah, hanya 2% peluang yang ada” namun dengan semangat do-it-ourself, kami berhasil mengubah 98% masalah tadi menjadi peluang sehingga kami dapat dikenal lebih luas seperti sekarang ini. Masih ada cita-cita kami yang belum kesampaian; tur ke Eropa karena menurut teman-teman kami, musik kami lebih dikenal di benua sana. Kami juga tengah membangun keluarga kecil; Dimas & Fika, Adi & Dina, Widi & Vita. Mudah-mudahan tahun depan Aulia, Yudhi, Irene & Think Thing menyusul.

Terima kasih buat semua yang telah mengapresiasi kami, rekan-rekan media, fans dan keluarga besar Everybody Loves Irene. Tahun 2009 memberikan satu harapan baru yang lebih baik lagi bagi kita semua. Marry X-Mas and Happy New Year 2009 !

2 Comments

  1. Min bantu band kami min Kami band miskin gk punya label gk punya uang yang kami punya hanya semangat min tolong dong Band saya supaya dapet label gratis

Comments are closed.