Industri Musik Tidak Perlu Penyelamat

My name is Widi Asmoro.

Dalam sebuah diskusi musik bertajuk “Re-Think Music” minggu lalu, Seth Godin, pemikir ternama, bilang “The music isn’t in trouble. The music industry is in trouble.” Ada yang sependapat dan adapula yang tidak.

Biar bagaimanapun musik adalah (juga) kebutuhan manusia. Orang akan suka dengan musik sampai kapanpun juga. Tinggal bagaimana sistem ekonominya berjalan sehingga membentuk sebuah industri. Apakah industri yang muncul akan menggantikan model dari yang pernah ada atau kelanjutannya atau penyempurnaannya bisa jadi demikian.

Jika dilihat pada situasi sekarang, kebutuhan menikmati musik semakin tinggi namun cara menikmatinya semakin beragam. Tak lagi hanya cakram digital ataupun dengan datang ke tempat pertunjukan. Digital dan teknologi telah mengubah segalanya menjadi lebih mudah dan lebih beragam. Contoh saja, tak perlu lagi menunggu grup band kesayangan untuk datang ke kotanya demi melihat pertunjukan langsung, sekarang lewat YouTUBE pun bisa membuktikan penampilan, meskipun dengan value yang berbeda.

Yang tak sependapat menyatakan, industri musik tak perlu penyelamat. Mengutip dari jurnal harian Bob Lefsetz yang merekam perkataan para oldster, “If you make a great record you don’t have to tweet, you don’t have to be on Facebook, you don’t even need a website.” Kaum ini beranggapan kekuatan utama musik ada di MUSIK itu sendiri, no matter medium nya. Jadi nggak perlu repot-repot mencari penyelamat. Orang tetap akan datang ke konser, orang tetap akan menikmati lagu, bahkan orang tetap akan beli rekaman asalkan materi musiknya bagus.

Lalu pertanyaan, seberapa sering karya bagus ditemukan? Delapan dari sepuluh rilisan sebuah label rekaman dalam setahun biasanya berakhir di tong sampah atau paling banter jadi one hit wonder.

Jika memang sikap pongah itu yang masih terus dipelihara yah apa boleh buat. I can’t change on how people run their business. Nobody thinking to be the one and only savior but partnership isn’t harm. Kenyataannya, teknologi juga telah membuka jalan untuk setiap orang bermusik, membuat lagu hingga membangun label rekaman. Pilihan ragam musik semakin bervariasi. Genre baru bermunculan. Talent hadir out of nowhere.

So do you still thinking you own the music?