Saatnya Band Indonesia Berpikir Untuk Distribusi Musik Utuh Secara Digital Ke Seluruh Dunia

My name is Widi Asmoro.

distribusi musik digital valleyarms

Posting tentang distribusi musik digital ini bisa menjadi respon artikel yang ditulis Ario Tamat di DailySocial tentang langkah berikutnya setelah punya band dan rekaman. Pemaparan ditulisan tersebut mengarah ke soal konsep dan objektif pembentukan sebuah band dengan berbagai trik yang memanfaatkan atau bekerja sama dengan developer teknologi. Namun balik lagi pertanyaannya, bagaimana cara mendistribusikan musik itu sendiri? Ingat, jualan CD hari gini cukup sulit, pun kalau ada yang mau dititipkan, dengan jumlah minimal seribu kopi apakah bisa tersalurkan merata?

Gue bertemu dengan salah satu music agregator di seminar All That Matters. Mereka adalah Valleyarm, perusahaan asal Australia yang berfokus untuk distribusi musik digital dan video ke lebih dari 100 penyedia layanan musik digital seperti iTunes ataupun Nokia Music.

Berbincang dengan Gary Mackenzie, Managing Director, dan Liza Fuady, Content Manager Southeast Asia, gue mendapatkan masukan positif terutama bagi musisi-musisi yang bergerak lewat jalur independen untuk bisa mendistribusikan karya musiknya ke toko-toko musik digital diseluruh dunia. Yang perlu dilakukan adalah:

1. Siapkan semua master rekaman dalam format digital WAV PCM dalam satu CD yang berisi maksimal sekitar 10-15 lagu.

2. Sertakan pula metadata berupa nama artis, judul lagu tiap track, arwork album dalam format RGB JPEG 1400x1400px kode ISRC, dan kode UPC serta lirik lagu jika ada.

3. Kirim kelengkapan tersebut dalam surat tercatat ke:  PO Box 1250, St Kilda South VIC 3182.

Valleyarm akan mendistribusikan album kamu tadi dan memberikan royalty dari tiap penjualan di masing-masing toko digital lagi tanpa ada potongan. Namun layanan yang diberikan Valleyarm ini tidaklah gratis. Kamu harus merogoh kocek setidaknya sekitar USD 35 per CD yang kamu kirim agar dapat didistribusikan ke toko-toko digital tadi. Sejauh ini, Valleyarm telah bekerjasama dengan toko-toko digital terkemuka seperti iTunes, emusic, Spotify, AmazonMP3 dan juga Nokia Music. Mereka juga memberikan dukungan bagi artis-artis yang belum paham seluk beluk pemasaran digital seperti pembuatan kode ISRC ataupun kode bar-code album yang biasa disebut sebagai UPC yang tentunya ada biaya tambahan untuk ini.

Selain distribusi musik digital Valleyarm juga memberikan layanan untuk melakukan kolaborasi marketing bersama. Salah satu yang dipamerkan disini adalah dengan menggunakan ‘music-card’ yang isinya adalah konten lagu gratis yang bisa di download lewat website valleyarm.com dan tujuannya adalah jika pendownload suka dengan satu lagu gratis yang didownload tadi mungkin saja akan berlanjut mencari lagu-lagu lainnya dan membeli lewat toko-toko digital yang ada.

Valleyarm juga memboyong band-band sekitaran Asia untuk unjuk kemampuannya dalam Music Matters Live yang bakal digelar di Clarke Quay dari tanggal 24 hingga 26 Mei 2012,  Sebutlah The Aftermiles dan Nidji yang merupakan band asal Indonesia yang bakal tampil habis-habisan di depan para pelaku industri hiburan kelas dunia. Siapa tau habis dari tampil disini bareng Valleyarms mereka dapat kesempatan untuk menjadi endorser brand ternama. Siapa tau.

Saat ini memang tepat untuk berkolaborasi dengan teknologi. Tantangan untuk memonetize nya bisa ditemukan jalan keluar dengan kolaborasi ini. Jadi artis tak perlu lagi bingung setelah mempunyai band dan membuat karya rekaman mau apa dan bagaimana? Brur, jamannya ringbacktone sudah selesai dan apakah masih tega membiarkan fans musik kita menikmati lagu yang seharusnya utuh lantas dipotong hanya 30 detik? Nah mangkanya, distribusi musik utuh secara digital lewat content agregator seperti Valleyarm ini layak dicoba!