Gue tidak mencoba untuk menganalisa keuntungan para promotor konser satu demi satu, yang gue coba angkat disini adalah bagaimana artis dapat ambil bagian dari maraknya bisnis pertunjukkan.
Penyuka musik saat ini menghargai musik yang benar-benar dapat mereka rasakan secara langsung. Minat mereka sudah beralih dari menikmati lagu yang terdapat pada media rekam seperti CD, kaset ataupun digital. Mereka ingin merasakan dan melihat langsung artis pujaannya bernyanyi dan beraksi didepannya secara langsung. Maka jangan heran kalau harga tiket pertunjukan semahal apapun, kalau artisnya memang bagus, pasti laku terjual.
Peneliti dari Universitas Liverpool, Dave Laing, menghitung secara kasar besaran nilai ekonomis dari bisnis pertunjukan musik. Dengan mengambil data-data dari IFPI (International Federation of the Phonographic Industry) hingga laporan dari pada music publisher seperti CISAC (International confederation of authors and composers societies) serta data-data dari industri musik di Australia, Italia, Inggris dan Amrik, Dave menemukan bahwa saat ini industri konser lebih menguntungkan. Menurutnya, di Italia nilai dari bisnis konser bisa mencapai €781 juta sedangkan bisnis rekaman hanya €419.
Spekulasinya ini diambil dengan menghitung harga tiket konser, sponsorship, lisensi media (untuk ditayangkan ulang di televisi, dsb) hingga penjualan merchandise di tempat konser tersebut. Belum lagi di tempat pertunjukan musik, pengunjung cenderung royal menghabiskan uang, ambil contoh saja untuk makan ataupun membeli minuman.
Keuntungan jualan musik bukan lagi dihitung berdasarkan jumlah keping CD terjual ataupun jumlah lagu terdownload. Melainkan dari berapa besar nilai kontrak yang didapat dari penyelenggara pertunjukan. Atau estimasi keuntungan dari melakukan pertunjukan langsung kota ke kota. Pertunjukan kecil saja namun konsisten dan menyebar ke pelosok negara bukan tidak mungkin akan membuat musik kamu dikenal dan juga mendapatkan penghasilan yang lumayan.
Gue belum punya pengalaman untuk membawa artis melakukan tur panjang. Palingan tur Everybody Loves Irene di Singapura lanjut ke Filipina yang total-total selama satu mingguan. Tetapi yang gue lihat kesempatan untuk mendapatkan income dari tur itu ada. Setidaknya untuk tur ELI ini, modal awal kami untuk membeli tiket dan akomodasi kembali lagi utuh dan dapet bonus teman baru serta jalan-jalan gratis. Gue belum mengoptimalkan kesempatan-kesempatan lainnya seperti lisensi dari merchandise, rekaman live ataupun sponsorship.
Setidaknya band seperti Jamrud yang berkolaborasi dengan rokok Win Mild telah melakukannya dengan baik. Bahkan banyak artis lainnya di Indonesia sudah melakukannya. Meskipun penghasilan dari RBT atau jualan CD sudah tidak semenarik tahun-tahun sebelumnya, mengoptimalkan pemasukan dari konser atau pertunjukan sudah harus dipikirkan.