Inovasi hadir saat keadaan mendesak. Itulah sekelumit pelajaran yang gue dapatkan dari workshop “Innovation & Creativity” bersama Steve Wozniak, co-Founder Apple Computer Inc, Selasa lalu. Ia merasa perlu untuk merancang komputer dengan bahasa pemrogramannya sendiri karena melihat komputer pada masanya terlalu menyita ruangan dan tidak praktis. Ia bukannya menunggu perubahan itu datang menghampirinya, melainkan ia mulai untuk mendatangi perubahan tersebut. Sukses memang tak langsung diraihnya. Kegagalan banyak menerpanya. Tetapi itulah yang membuat dia belajar. Ketekunannya untuk merangkai bahasa mesin membuatnya menyelesaikan kuliah dengan biayanya sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga dituntut untuk terus melahirkan inovasi. Yah contoh saja, bagi orang sub-urban kayak gue yang harus ke Jakarta setiap hari untuk bekerja, harus punya kiat-kiat menembus macet di pagi hari. Gak kebayang berapa waktu yang harus dibuang untuk duduk dibelakang kemudi untuk menempuh jarak kurang lebih 50 KM untuk mencapai kantor. Jarak yang harusnya bisa diraih dalam waktu 45 menit bisa memakan waktu 2 jam setiap berangkat pagi dan pulang malamnya. Gue tau gue gak bisa menunggu Foke atau siapapun Gubernur Jakarta yang akan membenahi kemacetan. Atau menunggu Polisi mengurai keruwetan lalu lintas pagi hari.
Gue belum menemukan inovasi untuk mengatasi kemacetan. But i have to deal with it. Dalam kemacetan gue bisa menambah pengetahuan dengan mendengarkan radio atau podcast. Gue banyak mendownload podcast tentang interview industri di iPad. Atau banyak ngobrol dengan istri tercinta dan berdiskusi. Setidaknya gue gak mau sakit jantung atau stress maki-maki lalu lintas yang tak kunjung bergerak.