Ketika video klip The Buggles dengan lagu Video Killed The Radio Stars tayang pertama kalinya di MTV US tanggal 1 Agustus 1981, gue masih berusia kurang dari dua bulan. Lagu yang menjadi momen penting pertanda revolusi media bagi para bintang radio yang jungkir balik saat kehadiran teknologi rekam/putar video VCR harus membuat mereka memikirkan penampilan visual tak hanya audio. Kehadiran stasiun televisi MTV yang berfokus memutarkan klip video musik menjadi makin sah menggeser peran radio di tengah masyarakat pecinta musik di dunia. MTV menjadi ‘the new radio’ meskipun kehadirannya tidak membunuh radio secara langsung, tetapi bagi industri musik MTV merupakan media baru untuk promosi dan juga eksploitasi.
Februari 2005, perkembangan internet makin marak, gue baru menyelesaikan kuliah ilmu komputer dan sedang mempersiapkan mengambil master untuk urusan marketing komunikasi. Disisi lain dunia sebuah gagasan untuk memanfaatkan internet sebagai media pertukaran video secara online sedan dibuat. May 2005 versi beta dari Youtube.com hadir untuk diakses. Dengan konsep user-generated-content, YouTube berhasil mencapai popularitasnya hingga setahun kemudian kepemilikannya diakuisisi oleh Google.
Menariknya adalah YouTube semakin bertransformasi menjadi media yang dapat menggantikan peran televisi. Kemampuan distribusi yang lintas batas dan dalam waktu yang singkat menjadikan platform ini semakin populer dan digunakan bukan hanya oleh perurangan namun juga perusahaan. Data di tahun 2006 menunjukkan, YouTube menerima sekurangnya 65,000 video per hari dan ditonton oleh 100 juta penonton per hari. YouTube menjadi sangat penting untuk distribusi.
Industri musik melihat YouTube sebagai satu peluang. Dengan membentuk koalisi label besar Sony Music dan Universal Music serta Abu Dhabi Media lewat VEVO, YouTube menjadi legal menampilkan video-video musik dari artis-artis mereka. Kemampuan YouTube yang menghadirkan video saat diminta (on-demand) telah menggusur peran MTV yang hanya mampu menampilkan video yang telah disiapkan urutannya. Belakangan MTV mengubah strateginya dengan memperbanyak program reality show dengan bumbu drama untuk menjaga penonton setianya. Namun itu tidak dapat memuaskan penggemar musik yang menginginkan hanyalah musik. YouTube memberikan jawabannya.
Peningkatan yang dilakukan YouTube (beserta orang-tua angkatnya, Google) baru-baru ini yang berakibat kepada pengaturan akun membuat YouTube semakin hyper-individual. Maksudnya adalah YouTube beserta Google membangun sistem cerdas yang akan memberikan rekomendasi atas apa video yang patut kamu lihat berdasarkan riwayat penelusuran yang telah kamu lakukan. Product Manager Youtube, Noam Lovinsky, dikutip dari Wired, “Kami ingin membuat satu fitur yang membuat para pengguna kami menyadari bahwasanya ada banyak publikasi video lainnya dari apa yang telah dilihat.”
Belum lagi akses YouTube tak lagi hanya lewat Personal Computer. Ponsel pintar mampu menampilkan video-video yang ada di YouTube dimana saja berada. Teknologi Smart-TV juga memberikan akses menonton video tersebut ke tengah ruang keluarga. YouTube menjadi sangat dibutuhkan, meskipun rencana Apple untuk tidak lagi menyertakan aplikasi YouTube pada instalasi OS terbarunya, itu tidak akan membuat orang-orang mencari dan mengakses YouTube.
YouTube juga menawarkan ekonomi baru bagi industri musik. Hal ini semakin gue mengerti saat mengikuti workshop singkat YouTube di MusicMatters bulan Mei silam. Bagi hasil pendapatan dari iklan membuat label musik semakin rajin memenuhi kanalnya dengan klip musik. Semakin banyak video yang ditonton artinya semakin sering iklan itu tayang dan semakin besar uang yang didapat dari pemilik konten dari pengiklan.
YouTube pun secara tidak disadari lambat laun akan membunuh penjualan musik melalui CD. Analoginya begini, dahulu ketika musik hanya didengarkan melalui radio ataupun televisi para penikmat musik hanya dapat menikmati saat itu dan menerima apa saja video yang telah diatur oleh penata program. Untuk mendengarnya kembali para penikmat musik harus membeli CD/kaset nya di toko. Kini dengan YouTube para penikmat musik dapat memilih musik apa yang akan dia dengar dan lihat serta juga dapat mendownload atau mem-bookmark video tadi tanpa perlu membeli untuk ditonton dikemudian hari sampai bosen.
Mengutip Mark Mulligan, peneliti dari Forrester yang juga blogger aktif Music Industry Blog, hal yang membuat YouTube berhasil adalah:
- GRATIS, tidak perlu membayar untuk menonton ini semua, setidaknya hanya membayar internet/paket data.
- Berisikan katalog lagu apapun dari seluruh dunia. (dan juga beragam video dari rekaman kucing seharian, vlog, drama, dan sebagainya)
- Diakses dimana saja dan dari perangkat apa saja.
- Dapat didownload dan disimpan. Meski ini bukanlah fitur resmi namun aplikasi untuk mendownload video YouTube tersebar di internet, salah satunya KeepVid.com yang digunakan oleh Gotye untuk mendownload dan membuat video orkestrasi dari video cover lagunya.
- Pengalaman audio dan visual.
Laporan dari Nielsen Music 360 baru-baru ini mengatakan sekitar 7% dari respondennya mendapatkan rekomendasi musik dari YouTube dan 64% mendengarkan musik dari YouTube. Meskipun YouTube tidak menjadi tempat menemukan rekomendasi musik namun YouTube menjadi tempat mendengarkan lagu-lagu dibanding media radio yang hanya mendapatkan porsi responden sekitar 53%.
Semua paparan gue tadi berujung pada satu kesimpulan yaitu YouTube telah menjadi MTV, MP3 Player dan juga toko musik masa kini buat para digital native. Kebijakan Google untuk memperbarui algoritma pencariannya guna menekan akses ke situs ilegal tidak akan memupuskan YouTube untuk tetap diakses dan dicari. Intinya satu, YouTube telah memberikan semua yang para penikmat musik idam-idamkan selama ini: gratis, mudah diakses dan kapan saja dimana saja!
One Comment
Comments are closed.