Lagu Anak Indonesia: Sebuah Kewajiban Yang Terabaikan

My name is Widi Asmoro.

lagu-anak-indonesia

Kehadiran lagu anak Indonesia di masa kini mungkin tidak seramai yang gue rasakan saat gue masih kanak-kanak lebih dari 20 tahun lalu. Jika gue melihat Una & Jyojo, anak gue, asyik dengan YouTube nya menyanyikan lagu-lagu yang ada, kadang agak sedih juga karena yang mereka nyanyikan adalah lagu-lagu dewasa.

Umur mereka yang belum lima tahun menyanyikan lagu-lagu dari Judika, Rihanna,  Fun hingga Trio Macan. Gue memang tidak terlalu banyak melarang tapi sambil gue kasih tau sih maksud lagu itu apa. Apakah ada yang salah dengan industri musik Indonesia yang tidak lagi banyak memproduksi lagu anak Indonesia? Apakah gue harus marah dengan itu semua?

Rilisan Lagu Anak Sebelum dan Setelah 2000an

Era musik Indonesia sebelum tahun 2000 an dijejali berbagai nama penyanyi anak-anak. Sebutlah Papa T-Bob yang gemar mengorbitkan banyak penyanyi cilik ke pentas musik Indonesia. Ada Tiga Anak Manis, Trio Kwek-Kwek, Tina Toon, Joshua hingga Agnes Monica sukses dibuatkan lagu oleh nya. Gue sendiri menikmati membeli album kanak-kanak pertama yang berjudul “Jago Makan” dari Dian Martha. Sayang kasetnya tidak tahan lama dan kini susah mencari salinan lagu tersebut yang resmi.

Entah apa yang menyebabkan lagu-lagu anak meredup saat memasuki industri musik setelah tahun 2000. Apakah mereka kemudian beranjak dewasa lalu tidak seimut dulu lagi? Atau industri musik dengan lagu-lagu anak dianggap kurang menjanjikan karena umur sang bintang terlampau pendek. Setidaknya masih ada Sherina dan Agnes Monica yang berhasil bertahan dan bertransformasi dari penyanyi cilik hingga menjadi artis dewasa di industri musik Indonesia.

Nama lain dari jajaran penyanyi cilik selepas tahun 2000 an adalah Tasya yang merilis album dibawah sub label Sony Music, Sony Wonder, menyanyikan lagu-lagu karya AT. Mahmud yang dikemas kekinian. Setelah sukses Tasya, Sony Wonder juga terus mencoba menyodorkan artis-artis cilik lainnya seperti Ita Tara, Natasha Chaerani dan Lana Nitibaskara. Tere juga mencoba mengorbitkan artis cilik Dara dengan album Tiga Kata Ajaib yang dirilis lewat Trinity Optima Production.

Menanyakan Peran Pemerintah

Cukup banyak yang merasa kalau merilis album berisikan lagu anak-anak kurang menjanjikan. Kalau saja mereka melihatnya album lagu anak-anak ini sasaran marketnya bukan anak-anak yang tidak punya daya beli melainkan orang tua mereka, pastinya mereka akan tertarik untuk merilis album lagu anak-anak. Contoh saja, waktu gue masih ikutan mempromosikan album pertama Gita Gutawa di tahun 2007, saat kami mengadakan event off-air di sebuah mall di Bandung dan membuka penjualan album di tempat, ndilalah album ini laris bukan kepalang. Agak kaget juga dengan stok yang keteteran yang disebabkan oleh orang tua yang harus memenuhi permintaan anak-anaknya membeli album ini tak cukup satu. Kadang mereka harus membeli sampai lebih dari satu karena memiliki buah hati lebih dari satu dan masing-masing ingin punya sendiri. Sebuah potensi yang wajib diselami.

Atau banyak yang menganggap lagu anak di Indonesia seperti sudah punah. Padahal nggak begitu lho. Pemerintah Indonesia dibawah Kementrian Perekonomian dan Industri Kreatif tahun ini menggelar ajang lomba cipta lagu anak. Dari ajang ini segera dihasilkan sebuah album berisikan 20 lagu anak menurut janji ibu Juju Masunah, Direktur Pengembangan Seni Pertunjukkan dan Industri Musik, akan segera dirilis. Yah mari kita tunggu kapan dirilisnya demi mendengarkan lagu-lagu anak edisi pemerintah.

Namun koq nampaknya kabar ini kurang terdengar yah? Dan kita masih disuguhkan lagu-lagu dewasa untuk dinyanyikan oleh anak-anak. Peran media massa yang tampaknya harus lebih dipertanyakan disini. Oh iya, saat gelaran festival lagu anak tersebut, media massa kita disibukkan dengan carut marut kondisi politik tanah air menyusul penentuan calon Presiden RI berikutnya. Sayang berita ini tidak mendapatkan porsi publikasi yang sepadan. Padahal ini juga menyangkut masa depan generasi bangsa. Tsaah!

Dimulai Dari Diri Sendiri Untuk Mempopulerkan Lagu Anak Lagi

Kalau terus menyalahkan pihak lain rasanya kurang pantas juga apalagi kita sebagai warga negara juga berkewajiban untuk bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Generasi berikutnya haruslah ditanamkan nilai-nilai kebaikan dan lewat lagu anak yang sepantasnya dinyanyikan untuk usianya adalah suatu yang mutlak.

Konsistensi label musik Gema Nada Pertiwi (GNP) untuk menghadirkan lagu-lagu anak ditengah ruang keluarga patut diberi penghargaan. Koleksi kompilasi lagu-lagu taman kanak-kanak misalkan adalah suatu yang tak boleh dilupakan dari keberadaan lagu-lagu anak di Indonesia. Kak Nunu yang membidani kelahiran album ini punya standar yang cukup tegas untuk menyeleksi lagu apa yang pantas hingga kalau perlu liriknya dimodifikasi demi menyesuaikan dengan usia target pendengarnya.

Gue pun mencoba terus untuk mempromosikan lagu-lagu anak sebisa mungkin. Karena gue sekarang diberi mandat untuk mengurusi katalog MixRadio sebesar 21 juta lagu, gue sering menemukan banyak lagu-lagu anak yang bagus tapi kurang mendapat porsi untuk terdengar di media. Karena MixRadio juga media, rasanya gue wajib berkontribusi. Jadinya gue buat satu kategori khusus yang didedikasikan untuk lagu-lagu anak yang judulnya “Untuk Anakku”.

buahhati

Kalau loe penasaran dengan lagu-lagu anak yang ada di MixRadio, langsung aja deh buka http://mixradio.co.id dan daftar berlangganan (bila belum punya ponsel Lumia/Nokia X). Ada masa coba gratis selama 7 hari. Dan kalau kamu mau mencobanya lebih lama lagi, gue punya 2 voucher MixRadio+ yang bisa loe dapatkan dengan mention gue di twitter @widiasmoro dengan kalimat “Lagu Anak #MixRadio bagi vouchernya dong kakak..!”.

Yang pertama yang dilayani yah!