Alkohol Dan Musik Rock Indonesia

My name is Widi Asmoro.

alkohol-musik-rock-indonesia

Akhir-akhir ini gue melihat semakin gencarnya produk bir atau minuman beralkohol berpromosi di event-event musik terutama musik rock di Indonesia. Untuk negara yang konon mayoritas penduduknya beragama Islam ini memang terasa cukup aneh. Tapi tulisan gue ini bukan mengarah ke soal keimanan melainkan untuk melihat bagaimana industri musik memanfaatkan keinginan brand alkohol merengkuh market yang lebih besar terutama di Indonesia.

Musik dan Bir

Saat menonton konser Blur beberapa bulan lalu, gue dikagetkan dengan kehadiran botol bir raksasa di tengah halaman sebelum masuk gerbang lapangan konser. Di area konserpun disediakan booth-booth menjual minuman dan salah satunya adalah booth untuk salah satu merk minuman beralkohol. Booth nya tersebut pun tidak sepi, banyak yang berdiri membeli atau sekedar menghabiskan minumannya disekitar booth tersebut.

Saat gue menulis ini, tengah berlangsung sebuah ajang yang digagas oleh Guinness untuk memilih siapa diantara band pengusung musik rock dari Indonesia seperti D’masiv, /rifNetral dan J’Rocks untuk diajak konser di Dublin, Irlandia. Guinness ingin brand minuman beralkoholnya identik dengan musik rock. Guinness sendiri bukan baru-baru saja mendekatkan diri dengan musik. Tahun-tahun sebelumnya Guinness sempat melakukan roadshow di Indonesia dan juga menghadirkan band internasional seperti The Script dan juga Mr. Big. Jelas sekali kalau brand-brand minuman beralkohol yang ada di Indonesia ini tengah promosi lewat musik.

Gue sedikit merasa risih mengingat salah satu dari band tersebut kerap merilis album ..uhuk.. religi dan kabarnya bulan depan akan ada rilisan single ..uhuk lagi.. religi, terus sekarang mengkampanyekan soal alkohol ini. Eh gue lagi gak nulis soal anti-miras deng.. hahaha.. namanya juga cari sponsor 🙂

Bir Makin Mudah Ditemukan

Dua tahun belakangan semenjak makin banyaknya convenient store macam Alfamart, Indomart hingga Seven Eleven menjamur di penjuru kota, makin mudah pula ditemukan botol-botol bir bermerk ternama seperti Heineken hingga Bir Bintang. Tinggal buka kulkas saja minuman ini bersanding dengan minuman ringan lainnya. Tak hanya itu, retail besar macam Giant ataupun Carrefour juga tidak terlalu ‘menyembunyikan’ jenis minuman ini di rak-rak jualannya.

Di negeri yang lemah pengawasannya, bahkan rokok bisa dibeli oleh anak dibawah umur pun, rasanya membeli minuman beralkohol juga mudah. Okelah gue berasumsi disini. Tetapi bisa dibuktikan sendiri.

Ngebir Itu Lifestyle

Gue memperhatikan adanya Seven Eleven dan selasar didepannya. Banyak muda-mudi yang duduk disitu hingga larut malam. Apalagi Seven Eleven kebanyakan buka selama 24 jam. Meja-meja tempat yang diduduki muda-mudi tersebut beberapa diantaranya tersaji kaleng-kaleng atau botol-botol minuman beralkohol. Tak hanya gerai yang menyediakan selasar, beberapa gerai yang hanya memiliki teras pun juga sering dijadikan tempat ‘nongkrong’.

Target anak muda ini memang punya siklus yang akan sangat panjang untuk dimanfaatkan. Apalagi dengan pola hidup konsumtif dan keinginan untuk tetap berada dan diakui di komunitasnya. Peer pressure membuat mereka ikut-ikutan mengkonsumsi bir. Dan musik adalah bagian dari lifestyle anak muda.

Opportunity From Downfall

Kabarnya, tahun depan industri rokok akan semakin sulit berpromosi akibat adanya peraturan tentang pembatasan kampanye tembakau. Pembatasan ini sampai membuat petinggi Java Jazz Festival berseloroh akan gulung tikar akibat tidak adanya dukungan sponsor dari tembakau. Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

Merk rokok memang paling gampang menggelontorkan budget promosinya untuk memanfaatkan medium musik. Merk minuman beralkohol masih belum terlalu tampak jor-joran berpromosi, namun dengan makin gampangnya mencari minuman beralkohol saat ini, bukan tidak mungkin akan mengarah kesana. Bisa jadi merk minuman beralkohol akan menggantikan posisi pos budget sponsor yang ditinggalkan merk rokok, meskipun gue yakin merk rokok akan bermutasi ke bentuk-bentuk yang tidak tercium regulasi.

Anheuser-Busch pemegang brand Budweisser menjalankan program musik berjudul Bud Light Music First. Program ini berlangsung di Amerika dan puncaknya adalah konser pada 1 Agustus di 50 negara bagian di Amerika pada hari yang sama. Konon prediksi budget yang digelontorkan Anheuser-Busch untuk musik termasuk konser dan venue di tahun 2013 mencapai US$1.3 milyar.

Heineken pun acap mendekatkan diri mereka dengan promosi lewat musik. Beberapa waktu lalu Heineken ikutan Ultra Music Festival di Miami dengan membuka sebuah booth eksklusif bernama Heineken House yang mana para pengunjung bisa bersantai sambil minum dan menonton musik lewat tayangan langsung di televisi tanpa harus berjejalan di tengah festival.

Bukan tidak mungkin sebentar lagi di Indonesia akan semakin gencar minuman beralkohol ber promosi lewat musik.  Karena sangat jelas sekali kalau nonton festival atau konser musik apalagi musik rock sambil ditemani sebotol minuman beralkohol itu adalah kombinasi yang pas. Ini adalah opportunity.

4 Comments

  1. udah pasti mungkin,kebanyakan dari anak muda indonesia,gaya adalah no 1.banyak gw temuin di tongkrongan,minum bir sebotol aja rame2 trus udahan nya jalan nya di sempoyong2 in.

Comments are closed.