Chart ini diambil dari http://read.bi/i6jCJA dapat disimpulkan CD mengalami kejayaannya di era ’90an dan mulai tergerus oleh adanya produk digital memasuki era 2000an. Meskipun begitu, digital rupanya tidak mampu juga menyamai prestasi yang pernah dihasilkan CD ditahun-tahun sebelumnya. Jelas, CD merupakan hasil teknologi yang sangat bermanfaat tetapi jaman cepat berubah dan harus segera di antisipasi.
Perlu dilihat juga, chart ini tidak menampilkan pemasukan dari konser dan juga merchandise yang menurut pendapat pribadi saya pasti angkanya juga tidak cukup signifikan untuk menggantikan CD. Dan Indonesia masih saja bergantung pada digital download berupa ringback-tone yang mana tidak ‘fair’ untuk para fans musik.
Lalu apakah kamu punya ide untuk menyelamatkan musik?
Berkunjung ke blognya Mr. Widi!
Sepertinya merchandise sekarang termasuk pemasukan yang signifikan Bro, terutama untuk para artis yang memasarkan produknya langsung ke fanbase (Direct to Fan).
Topsin salah satu contoh platform yang sukses menghadirkan model ini bukan? Artis-artis yang menggunakan platform mereka biasanya menyediakan semua model: digital download, CD, Vinyl, Limited Edition Package, dsb.
Dari beratus-ratus artikel yang pernah saya baca, memang betul CD mengalami penurunan, tetapi efeknya lebih terasa untuk perusahaan atau “record industry” – tapi bukan untuk “music industry” secara keseluruhan, terutama bukan untuk para artis yang “marketing savvy”.
Bagaimana kalau menurut Bro Widi sendiri?
Music Industry ga mungkin lah bisa mati, demandnya ada di dalam hati setiap manusia. manusia tetap akan menikmati back catalog dan menunggu current artis yang menghibur dunia.
Music Industri akan tetap jalan, hanya cara menikmati musik yang berubah *itu pun sedikit
betul sekali mas Nofhan..
musik gak akan pernah mati, hanya cara mengeksploitasinya akan terus mengalami perkembangan..
🙂