Pesta belum lengkap tanpa teman dan musik yang pas. Dan itulah yang ada di benak Arian13 dan Sammy yang merupakan personil band metal lokal “Seringai” saat menghadiri pesta yang muter musik yang kurang asik. Gue bertemu mereka Senin malam di event selametan untuk gelaran konser “Soundrenaline” yang diadakan di lantai atas kantor agensi Maverick. Tadinya gue mengira mereka akan menyajikan penampilan akuistik metal di event selametan tersebut. Namun bukan itu yang kejadian karena mereka hanya datang berdua. Lalu mungkin mereka akan menyuguhkan Seringai dalam paket DJ set. Namun bukan itu juga yang kejadian.
Asal Muasal Ide YouTube DJ
Alih-alih tampil memutarkan lagu-lagu mereka, settingan meja dengan dua buah macbook yang terhubung dengan mixer dan sound system, rupanya disiapkan untuk aksi yang bisa disebut sebagai DJ YouTube.
“Awalnya gue dateng ke sebuah bar, waktu itu mereka muterin lagu-lagu yang menurut gue kurang enak, lalu gue minta ijin sama bapak yang punya bar itu boleh nggak kalau gue jadi DJ ditempat itu terus dia bilang boleh-boleh saja,” tukas Arian13 sebelum memulai aksinya.
Karena waktu itu lebih kepada aksi spontan dan Arian13 hanya membawa macbook tanpa perlengkapan perang a la DJ seperti plat dan lainnya, ia menggunakan apa yang ada untuk memberikan suguhan musik yang pas buat bar itu dari lagu-lagu yang ada di YouTube.
“Pokoknya syaratnya internet musti kenceng!” seru Arian13.
YouTube Adalah JukeBox Dengan Katalog Musik Tak Terbatas
Arian13 dan Sammy “Seringai” memanfaatkan apa yang sudah ada dan mengemasnya menjadi pertunjukan yang layak jual. Pengetahuan musikal yang luas didukung dengan katalog musik yang tak terbatas dari YouTube menjadikan tiap pesta yang dihibur mereka selalu membuat pengunjungnya wajib melantai. Gak bisa menolak ajakan dari lagu-lagu menghentak itu. Meskipun internet kenceng namun kadang suguhan musik sedikit tersendat karena menunggu jeda iklan yang tayang sebelum video musiknya terputar. Buat pesta swadaya alias indie ini mah sah-sah aja. Malah jadi bagian sendiri hiburan malam.
Dengan memanfaatk YouTube sebagai JukeBox, mempersiapkan penampilan DJ tidak lagi perlu direpotkan dengan membawa cakram padat. Kalimat ini bakal disangkal oleh para DJ profesional dan fanatik, tapi apalah sebuah pesta tanpa lagu yang asik?
Trend Musik Streaming & Give Up Ownership
Jelas sekali disini bahwa tren musik streaming tengah melanda Indonesia. Gencarnya operator-operator telekomunikasi memberikan paket data dengan harga terjangkau serta akses mudah disambut baik oleh pecinta musik yang rupanya tengah dirudung kebosanan “memiliki” lagu dengan mendownlad. Gue melihat serangkaian tarif paket data dari berbagai operator di Indonesia sangat terjangkau. Apalagi beberapa operator seperti Telkomsel dan Indosat mengeksplorasi lebih dalam lagi dengan memberikan akses hot spot ditempat tertentu.
Sebagai contoh, pelanggan Telkomsel dapat menggunakan akses hot spot wifi.id agar gadget nya yang lain seperti tablet atau laptop nya dapat tetap terkoneksi internet dengan membayar akses hot spot paling murah Rp. 5,000.- per hari. Sedangkan Indosat memanfaatkan kanal jaringan U900 agar pelanggannya dapat terkoneksi dengan cepat tanpa membebani jaringan. Dan menariknya saat gue coba, hotspot dari Indosat ini cukup cepat. Apa mungkin karena masih sepi pengguna? Tau deh.
Pecinta musik sendiri makin kesini semakin mengagungkan internet untuk kebutuhan hiburan musiknya. Download musik menjadi pertimbangan yang panjang mengingat file-file lagu selalu menjadi beban memenuhi kapasitas penyimpanan memori di ponsel padahal untuk dengerin terus-terusan semua lagu juga jarang-jarang. Belum lagi tuduhan sebagai pembajak jika download lagu di sembarang situs, sedangkan situs yang resmi juga disulitkan dengan proses registrasi serta pilihan mode pembayaran dan harga yang kurang cihuy.
Streaming dan Posisi Menang Buat Fans Musik, Musisi dan Penyedia Jasa
Internet mudah dan murah serta kebutuhan akan hiburan musik membuat tren musik lewat streaming makin digandrungi. YouTube adalah salah satu yang terdepan untuk penyedia hiburan musik audio visual tersebut. Layanan musik lain seperti MixRadio, Deezer ataupun Guvera memanfaatkan momentum ini untuk mendapatkan perhatian pecinta musik dengan berbagai suguhan layanannya.
Baik itu on-demand, lean-back service ataupun audio-video service menjadi pilihan yang kaya bagi para pecinta musik. Apalagi mengingat layanan-layanan ini selain memanjakan pecinta musik, mereka juga berbagi keuntungan dengan musisi dengan bagi hasil dari jumlah lagu yang distreaming. Tentunya berbeda dengan siaran radio biasa yang kemudian direlay lewat internet yang kebanyakan mereka hanya mengambil keuntungan dari pengiklan dan mengiming-imingi si musisi ini sebagai sarana promosi. Kurang fair sih menurut gue.
But anyway, ini adalah panggung baru tinggal bagaimana pemerintah mensikapi ini dengan membuka diri dan melihat banyaknya peluang dengan akses internet yang lebih baik.
One Comment
Comments are closed.