Film Begin Again yang dibintangi Keira Knightly ini mungkin yang lebih mirip menceritakan bagaimana gue menemukan band ini pertama kali. Semua serba ketidaksengajaan dan perlu kegigihan untuk meyakini seorang yang punya bakat serta potensi agar mau bekerjasama.
Rock Chic Band
Empat perempuan ini pertama kali gue lihat penampilannya di Surabaya bulan September silam. Band dengan personil perempuan semua memang bukan mereka satu-satunya. Keunikan yang gue lihat dari band ini adalah musik rock yang diusungnya. Sangat mentah dan penuh tenaga. Mereka bukan Kotak atau seperti She dan Juwita. Mungkin lebih mirip Geger tetapi dengan tampilan yang tidak hitam-hitam dan tidak memamerkan keseksian tubuh.
Tampil setelah band sekelas Marvells di pertunjukkan yang sama sekali tidak menyebutkan nama band mereka, tidak menyurutkan penonton yang ingin mendekat ke panggung. Gue merasakan magnet yang begitu kuat. Band ini punya potensi untuk dibawa tampil dari panggung ke panggung.
Mereka masih sangat belia dan punya semangat yang luar biasa. Memaksakan diri untuk sebuah pembuktian musikalitas mereka jalankan. Meskipun begitu, penampilan mereka di panggung serasa tanpa beban. Chemistry yang jarang didapat dari band yang masih baru.
Masuk Ke Dalamnya
Bukan hal mudah buat gue untuk meyakinkan band ini kalau gue bisa membantu karir bermusik mereka agar dapat dikenal lebih luas. Pengalaman pahit yang dialami sebelumnya membuat band ini trauma percaya sama orang. Apalagi yang belum dikenal dan ngaku dari Jakarta. Mereka tidak merasa butuh manajer untuk saat ini.
Tapi akhirnya mereka menerima gue dengan syarat-syarat tertentu. Dengan misi gue untuk mengenalkan mereka ke khalayak yang lebih luas, gue coba memanfaatkan segala apa yang gue bisa. Membangun website yang terkordinasi dengan sosial media. Membuat rilisan dan juga artikel sebagai materi publikasi. Hingga menjajal ajang-ajang kompetisi yang seliweran saat itu. Guinness Amplify Indonesia adalah salah satu ajang yang gue ikutkan buat band ini.
Ketika pengumuman 30 besar, gue yakin musik band ini sudah mendapatkan pengakuan dari tastemaker. Apalagi salah satu kuratornya adalah Adib Hidayat, jurnalis musik yang mumpuni selera musiknya. Lanjut beberapa minggu kemudian, band ini lolos menjadi 4 finalis yang bisa memamerkan langsung kebolehannya didepan produser 30 Seconds To Mars, Steve Lillywhite, dan juga ibunya musik Indonesia, Bu Acin dari Musica Studios.
The Art Of Letting Go
Mas Gabriel Mayo yang gue ajak untuk membantu menstimulasi musikalitas band ini suatu saat mengirimkan pesan di Line gue. “Mas Wid, apakah kamu siap melepaskan mereka nantinya,” kira-kira begitu yang ia sampaikan. Masuk final Guinness Amplify Indonesia tentu saja kesempatan untuk menang sama halnya dengan kesempatan untuk kalah. Proses legowo ini harus gue miliki. Jika kalah, berarti musikalitas mereka belum dapat diakui seperti apa yang gue rasakan. Jikapun menang, berarti gue harus rela untuk tidak lagi mengurus band mereka lagi.
Gue paham isi kontrak rekaman bakal seperti apa. Apalagi dengan label rekaman yang menganut mahzab 360 degrees yaitu akan mengurus dari hal rekaman, publishing hingga manajemen artis. Tetapi gue juga tau kalau gue tetap pertahankan mereka untuk gue urus sendiri, akan sangat sayang potensi mereka yang terbuang. Kita harus berkolaborasi dengan pihak lain untuk menjadi sukses. Bukan berarti itu menghilangkan kemandirian/independen. Gue melihat kelemahan band ini saat gue juga melihat kekuatan mereka pada awalnya. Band ini butuh produser dan tim yang tangguh untuk bisa bersaing di industri musik. Dan gue juga menyadari keterbatasan gue yang tidak memiliki hal itu.
Setelah dua bulan sejak kami bekerjasama, kemaren, 4 Desember 2014, Go!Go!JiLL menandatangani kontrak rekaman dengan Musica Studios. Ayis, Bimby, Yunita dan Wepey kini punya produser dan tentu saja tim yang lebih baik untuk membantu membesarkan namanya. Gue bangga bisa mengantarkan mereka sampai gerbang itu. Sekarang mereka punya kans untuk membuktikan diri mereka di industri musik yang lebih luas lagi. Dan itu juga berarti gue harus rela melepaskan mereka.
then the music playing, tears start falling..
And God, tell us the reason youth is wasted on the young
It’s hunting season and the lambs are on the run
We’re searching for meaning
But are we all lost stars trying to light up the dark?Lost Stars
mantaaapp