Label rekaman merupakan sumber pembiayaan (funding) proyek rekaman yang umum digunakan oleh musisi. Melihat dari laporan RIAA, label rekaman melakukan investasi yang tidak sedikit serta beresiko saat melakukan bisnis musik. Label rekaman paham betul dinamika industri yang terjadi akibat perkembangan teknologi namun ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus membantu talenta-talenta musik bersinar di panggung hiburan.
Investasi Besar Yang Diberikan Label Rekaman
Investasi yang diberikan label rekaman memang tidak serta merta seperti memberikan uang kepada talentanya. Cara label rekaman berinvestasi adalah dengan membangun ekosistem di industri musik agar dapat saling bersinergi dan memberikan keuntungan. Mereka memupuknya dari hulu yaitu pembuat karya hingga ke hilir yaitu para fans.
Investasi dari hulu yang label rekaman kucurkan adalah pada sektor mencari dan mendevelop talent. Sektor yang biasanya ditangani oleh yang namanya A&R Department (Artist & Repertoire) ini menyerap sekitar 16% dari revenue yang pernah dihasilkan label rekaman. Sumber yang gue baca dari laporan RIAA ini mengatakan, investasi riset dan pengembangan dalam A&R Department besarannya melebihi biaya yang dikeluarkan oleh riset dan pengembangan dari industri lain seperti farmasi dan teknologi.
Untuk mencapai ke hilir, label rekaman bekerjasama dengan talentanya dengan memanfaatkan teknologi untuk membuat musik yang diterima buat fans nya. “It’s a tough job,” papar laporan dari RIAA ini. Meski begitu tetap harus ada yang melakukannya agar talenta ini dapat diterima oleh fans dalam skala luas. Inilah industri hiburan yang kenyataannya adalah untuk memberikan hiburan yang disuka oleh orang banyak. Kucuran dana sebesar $ 13,4 milyar dihabiskan label rekaman di tahun lalu demi memberikan musik yang diterima oleh orang banyak. Sebuah investasi yang memang sangat besar.
Label Rekaman Berani Ambil Resiko Rugi
Seperti bisnis pada umumnya, potensi rugi pun dihadapi oleh label rekaman dalam berinvestasi untuk talenta-talenta baru. Dari sekitar 8 juta lagu digital yang terjual di tahun 2011, ternyata yang terjual lebih dari 100 kopi hanya 500,000 lagu. Sisanya sebanyak 7,5 juta lagu lainnya terjual kurang dari 100 kopi. Artinya kurang dari 1% saja lagu yang laku diterima oleh orang banyak.
Label rekaman juga harus dihadapkan dengan penurunan pemasukan royalti yang sejak tahun 2001 telah mengalami penurunan hingga $ 2,3 milyar, Berbeda dengan royalti yang diperoleh musisi yang meskipun menurun tapi tidak separah yang dialami label rekaman. Maka itu, label rekaman memerlukan waktu agar investasi mereka balik dengan cara berinvestasi lagi pada 5 atau 6 album lainnya yang mana satu diantaranya bisa jadi adalah tambang emas.
Dave Kusek dalam ebook yang bertajuk Music Business Strategies melihat dalam perspektif yang lain. Perubahan yang terjadi dewasa ini di industri musik memang membuat label rekaman kehilangan banyak pemasukan. Akibatnya, label rekaman yang meskipun terus berinvestasi, mereka harus segera menutupi kerugian mereka dengan cara mencari talenta yang diyakini mampu menghasilkan jutaan kopi penjualan dalam waktu cepat. Jadi tidak ada lagi cerita untuk coba-coba.
Melihat Bisnis Musik Dalam Kaca Mata Besar
Industri musik perlu kolaborasi proaktif antara label rekaman dan juga musisi sebagai penghasil karya. Label rekaman jika dianalogikan ibaratnya seperti air pada pepohonan kreatifitas. Investasi yang mereka kucurkan menyuburkan pencarian talenta baru untuk diorbitkan, memberikan ruang untuk pengembangan artistik buat musisi baru untuk bertemu dengan yang lebih senior, memproduksi ide lagu menjadi karya rekaman yang diterima orang banyak hingga memasarkannya. Serta investasi label rekaman untuk membangun infrastruktur digital yang mempermudah fans menemukan favorit barunya.
Menjadi musisi independen memang pilihan. Begitupula dengan pilihan sebagai musisi yang berada dibawah kontrak dengan label rekaman. Koneksi dengan media-media yang ada saat ini banyak terhubung dengan label rekaman. Media pun lebih merasa nyaman bekerja-sama dengan musisi yang mereka kenal atau direkomendasikan. Dan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh embel-embel ‘naungan label rekaman’.
Meskipun pembiayaan/investasi diberikan oleh label rekaman atau pihak manapun, hendaknya musisi juga mengerti tentang bisnis musik yang dijalaninya. Menyerahkan 100% keputusan kepada pihak lain nampaknya kurang bijaksana. Sumber informasi sekarang banyak koq, banyak-banyak baca dan bertanya kepada yang berpengalaman. Musik kembali lagi kepada sebuah karya. Dan karya itu dihasilkan oleh musisi-musisi yang cerdas. Jadi musisi tetap menjadi kunci dalam bisnis musik sebenarnya.
Halo @Widiasmoro, minta tolong dishare ya.. Grand prizenya dua tiket Java Jazz dan hadiah harian voucher dining sebesar Rp. 300,000! 🙂 Caranya: Upload foto mu yang bertema kasih sayang di sini: http://bit.ly/hari-kasih-sayang dan kumpulkan vote sebanyak-banyaknya! 😀
Terima kasih