Salah satu buku yang menurut saya bisa membantu kita untuk memahami makna dari Al-Qur’an.
‘’Bacalah!” adalah ayat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah Muhammad lewat malaikat Jibril. Ini adalah perintah utama agar manusia membaca atau belajar. Tapi ternyata membaca saja tidak cukup jika tidak memahami apa yang dibaca tadi. Itulah sebenarnya konsep belajar yang saya dapat dari Islam agar terus mengembangkan rasa ingin tahu dan mencari solusi dengan belajar.
Buku How To Read the Qur’an yang ditulis oleh seorang profesor dari Universitas Edinburgh, Mona Siddiqui dibuka dengan bahasan pertama mengenai Al-Quran sebagai buku pedoman. Layaknya menggunakan sebuah peralatan elektronik pertama kali supaya lancar dan tidak salah pemakaiannya dibaca dulu buku petunjuknya. Begitu pula dengan hidup harus ada petunjuknya. Buat orang Islam yaitu Al-Qur’an.
Analisa Mona lewat buku ini tentang bagaimana Al-Qur’an dibaca, dipahami dan dilaksanakan oleh orang Islam cukup mencerahkan saya. Mona juga memberikan latar belakang sejarah bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan kepada Rasulullah, kemudian dibaca kembali dihadapan sahabat-sahabatnya, dihafalkan dan diwariskan turun-temurun hingga bertahun-tahun kemudian dikumpulkan dan disatukan dalam bentuk sebuah buku lalu selang hampir satu abad kemudian diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
Mona juga mengkritisi bagaimana Al-Qur’an dipahami oleh orang Islam dalam berkehidupan sehari-hari yang kelakuannya tercampur dengan budaya Arab yang bisa jadi tidak terdapat dalam ajaran Al-Qur’an. Pengaruh modernisasi seperti hak asasi manusia ataupun hak perempuan misalkan juga dibahas disini. Contohnya adalah kejadian saat ini dimana perempuan dalam Islam yang dipandang terbelakang oleh orang lain. Padahal jika dirunut lagi sejarahnya, Rasulullah dapat menyiarkan ajaran Islam adalah faktor dukungan istrinya, Khadijah.
Banyak hal-hal lainnya yang membuka mata hati saya untuk memahami lebih lagi isi Al-Qur’an. Seperti hubungan antara orang Islam, Yahudi dan orang Kristen. Hubungan keimanan apakah bisa diukur dengan cara berpakaian: celana semakin cingkrang semakin beriman; jenggot semakin panjang semakin beramal; jidat semakin hitam semakin khusuk; dan sebagainya.
Saya tinggalkan tulisan saya disini untuk bahan renungan saya. Dan memotivasi diri saya kembali untuk belajar memahami isi dari Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup.